Denny JA: Make Pertamina Great Again!

Komisaris Utama PHE Denny JA dan Dirut Pertamina Simon Aloyius
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta, VIVA – Percakapan visioner dengan Dirut Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, dengan Dirut Pertamina Hulu Energi, Awang Lazuardi, juga dengan direksi dan corporate secretarynya, ditambah lagi pertemuan intens dengan sesama komisaris di PHE, dan pimpinan subholding, memberi Denny JA inspirasi satu mantra yaitu Make Pertamina Great Again!

Denny menjelaskan, pada dekade 1970-an, nama Pertamina disegani dunia. Ia berdiri sebagai simbol keberanian sebuah negara berkembang yang tak hanya bermimpi besar, tapi juga sempat mencapainya.

Di bawah kepemimpinan Ibnu Sutowo, di era Orde Baru, produksi minyak Pertamina menembus angka 1,2 juta barel per hari. 

"Ini jauh melampaui kebutuhan domestik. Indonesia kala itu bukan sekadar swasembada energi, tetapi juga eksportir utama minyak mentah," kata Denny dalam keterangan tertulisnya, Jumat 25 Juli 2025.

Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi (PHE), Denny JA

Photo :
  • Istimewa

Denny pun menuturkan, saat ini waktu berubah. Perusahaan yang dahulu menjadi lambang kebanggaan nasional kini kerap dikaitkan dengan problem struktural seperti produksi yang merosot hingga tinggal sekitar 600 ribu barel per hari.

Lalu sering menjadi berita. Bayang- bayang mafia impor, korupsi dalam pengadaan, serta beban utang yang sempat membengkak pada era 1990-an hingga awal 2000-an, bahkan menjadi salah satu pemicu krisis ekonomi 1998.

Lebih menyakitkan lagi, Petronas, perusahaan minyak Malaysia yang dahulu berguru pada Pertamina telah menjelma menjadi raksasa global.

"Petronas tampil dengan struktur korporasi yang ramping, transparan, dan modern. Sementara Pertamina, selama bertahun-tahun, terseok oleh politik internal dan beban birokrasi," ucapnya.

Pada 24 Juli 2025, Denny selaku Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi (PHE) bertemu dengan Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri. Percakapan empat mata tersebut berlangsung sangat akrab dan penuh muatan visi strategis.

"Kami hanya berbincang satu jam. Namun dari percakapan itu lahir kesepahaman yang kuat: membuat Pertamina bangkit. Bukan sekadar slogan, tetapi sebuah komitmen kerja. Dengan program konkret, kerangka waktu, metrik evaluasi, dan semangat kolaboratif," ujar Denny.

Denny menjelaskan, dirinya dan Dirut Pertamina membahas tiga agenda utama. Pertama, target produksi 1 juta barel per hari. Menurutnya, hal tersebut bukan mimpi kosong.

Dengan dukungan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR), eksplorasi aktif, dan percepatan perizinan, hubungan yang lebih sinergis antara Pertamina dan SKK Migas, angka ini realistis dan dapat dicapai.

Kedua, keterlibatan swasta seluas mungkin. Negara tak bisa berjalan sendiri, tapi membutuhkan energi kewirausahaan, inovasi teknologi, dan efisiensi biaya dari sektor swasta.

Namun pelibatan ini tetap harus berada dalam koridor pengawasan, transparansi, dan keberpihakan pada kepentingan nasional.

Ketiga, ekosistem energi yang berkeadilan. Kebangkitan energi bukan sekadar urusan volume produksi, tapi juga menyentuh keadilan sosial.

"Masyarakat dan daerah penghasil harus diberdayakan. Program CSR mesti menjangkau pendidikan, kesehatan, kebudayaan, dan ekonomi lokal," katanya.

Lebih lanjut, Denny JA mengatakan, kebangkitan Pertamina tak boleh hanya bersifat teknokratis, tapi harus berakar pada imajinasi bangsa.

Dalam ranah CSR dan sponsorship, Pertamina akan perlu menghidupkan inisiatif budaya. Misalnya “Pertamina Peduli Budaya” akan mendukung Festival Budaya Tahunan yang merangkul film, musik, dan sastra.

"Karena bangsa yang besar bukan hanya ditandai oleh kekuatan ekonominya, tapi juga oleh kekayaan narasinya dan keberanian imajinasinya," ucapnya.

Sebelumnya, Denny juga berdiskusi dengan Direktur Utama Pertamina Hulu Energi, Awang Lazuardi, untuk menyusun langkah-langkah strategis yang tak konvensional.

Keduanya percaya bahwa kemandirian energi hanya bisa tercapai melalui ekosistem kolaboratif. Ini dengan membuka ruang partisipasi yang luas bagi sektor swasta dalam pengembangan hulu migas.

Dewan Komisaris PHE kini berisi delapan tokoh luar biasa. Di awal perkenalan, ia pun berseloroh 'Kalau Marvel punya The Fantastic Four, maka kita: The Fantastic Eight," tegasnya.

Ia juga mengaku didampingi komite ahli yang berpengalaman. Struktur subholding pun mulai direvitalisasi dengan semangat efisiensi dan transparansi.

Menurutnya, kemandirian energi adalah mandat peradaban, dimana bukan sekadar urusan barrel atau dolar. Kemandirian pangan, lanjutnya, menentukan apakah Indonesia bisa menentukan arah nasibnya sendiri, atau terus bergantung pada pasar global dan tekanan geopolitik.

Ayo ke Booth Pertamina di GIIAS, Banyak Hadiahnya!

Jika ingin membuat Pertamina Great Again, maka perusahaan ini tak cukup dibangun sebagai entitas bisnis, tapi harus tumbuh sebagai gerakan nasional.

"Sebuah simbol bahwa bangsa ini sanggup berdiri di atas kakinya sendiri. Ini dicapai dengan strategi, imajinasi, dan komitmen untuk Indonesia yang lebih berdaulat," ucapnya.

Safety Over Profit, Pertamina Perkuat Kolaborasi Mitra Kerja Tingkatkan Keselamatan Kerja

Selain meningkatkan produksi minyak, kata Denny, Pertamina harus berani bergerak menuju energi terbarukan dan teknologi hijau. 

Investasi strategis dalam energi bersih seperti biofuel, geothermal, dan energi surya bukan hanya akan mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil, tapi juga menempatkan Indonesia sebagai pionir energi berkelanjutan di Asia Tenggara. 

Hari Anak Nasional 2025, Pertamina Nyalakan Masa Depan Anak Indonesia Melalui Inovasi dan Edukasi

"Ini adalah langkah krusial untuk masa depan yang ramah lingkungan dan tahan terhadap dinamika geopolitik energi global," ujarnya.

Dapat pula dibangun Pertamina Energy Innovation Hub. Ini sebuah ekosistem riset yang menggabungkan akademisi, startup energi, dan industri. 

Mekanisme pelibatan swasta harus dirinci seperti insentif fiskal untuk investasi EOR, skema revenue-sharing yang transparan, serta platform real-time monitoring guna mencegah korupsi pengadaan. 

Di sisi birokrasi, diperlukan fast-track policy untuk simplifikasi izin migas menjadi izin terpadu, dipayungi UU khusus yang melindungi reformasi dari fluktuasi politik. 

Keterkaitan budaya dan energi dapat diperkuat melalui narasi bahwa festival budaya bukan hanya CSR, tapi investasi sosial untuk membangun national identity.

"Jika semboyan itu berhasil, itu karena kerja bersama pemerintah pusat dan daerah, sektor swasta dan komunitas, insan teknis dan pelaku budaya, yang bergerak dalam satu semangat merah putih," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya