Perusakan Gereja GKSI di Padang, Menag: Jangan Sampai Terjadi Lagi

9 Orang Diamankan Polisi Terkait Perusakan Rumah Ibadah GKSI di Padang
Sumber :
  • Wahyudi Agus/tvOne/Padang

Jakarta, VIVA – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyampaikan keprihatinan mendalam atas insiden pembubaran kegiatan ibadah Jemaat Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) di Kota Padang, Sumatera Barat. Ia menegaskan bahwa peristiwa intoleransi seperti ini tidak boleh lagi terjadi di Indonesia.

9 Orang Diamankan Polisi Terkait Perusakan Rumah Ibadah GKSI di Padang

"Saya berharap itulah peristiwa yang terakhir kejadian di Indonesia. Ini obsesi kami, kesalahpahaman dan sebagainya itu harus dihentikan," ujar Nasaruddin Umar dalam keterangan resminya yang diterima VIVA di Jakarta, Rabu (30/7/2025).

Insiden tersebut terjadi pada Sabtu, 27 Juli 2025 di rumah doa GKSI yang terletak di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah. Sekelompok warga mendatangi lokasi ibadah sambil membawa kayu, membubarkan jemaat, dan merusak fasilitas ibadah seperti kursi dan kaca. Aksi tersebut menimbulkan kepanikan, terutama di kalangan anak-anak jemaat.

Hiladies Rilis Lagu Adilkah, Suarakan Isu Cinta Beda Keyakinan

Menteri Agama Nasaruddin Umar

Photo :
  • Syahdan Nurdin

Merespons kejadian ini, Menteri Agama Nasaruddin Umar menyatakan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Kantor Wilayah Kemenag Sumatera Barat dan segera mengirimkan tim untuk menyelidiki serta mencari solusi.

Prabowo Dinilai Berani Berikan Hasto Amnesti dan Tom Lembong Abolisi

"Kami sudah berkomunikasi dengan Kanwil-nya, kami akan mengutus tim kami nanti ke sana untuk mencari solusi yang terbaik, saya mendengar itu sudah terkendalikan oleh kawan-kawan dan pihak aparat. Tapi apapun juga, itu adalah sebuah pencitraan negatif dari bangsa kita dan saya berharap jangan ada lagi kasus-kasus seperti ini dan saya pribadi sangat menyesalkan," ujarnya.

Menurut Nasaruddin, upaya penanganan dilakukan secara simultan dengan dua pendekatan: penyelesaian dalam jangka pendek melalui penelusuran kasus di lapangan, serta strategi jangka panjang lewat pendidikan karakter.

Sebagai langkah preventif agar kejadian serupa tak terulang, Kementerian Agama akan memperkenalkan “kurikulum cinta” di lingkungan pendidikan. Gagasan ini diharapkan dapat membentuk budaya saling menghargai dan mengikis benih intoleransi sejak dini.

"Kementerian Agama punya falsafah sendiri, kalau seperti ini kejadiannya jangan-jangan nanti akan ada lagi. Maka itu, kami selaku Menteri Agama mencari pendekatan lain dengan cara memperkenalkan kurikulum cinta. Kurikulum cinta ini secara mendasar akan kita obsesikan untuk menghilangkan segala bentuk kecurigaan dan kesalahpahaman antara satu sama lain," katanya.

Sementara itu, pihak kepolisian telah bergerak cepat mengusut kasus perusakan rumah ibadah ini. Sembilan orang telah diamankan dan ditetapkan sebagai terduga pelaku.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya