Pemegang Saham Sampoerna Jelaskan Arti 'Produk Bebas Asap Rokok'

Penjual melayani pembeli rokok di Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

VIVA – Perusahan rokok dunia asal Amerika Serikat, Philip Morris International Inc., merilis kajian ilmiah berjudul Unsmoke: Clearing the Way for Change.

Cukai Rokok Tak Naik pada 2026 Jaga Stabilitas Industri Hasil Tembakau

Dua poin utama pada kajian tersebut adalah dampak merokok pada hubungan pribadi dan kurangnya informasi yang tersedia tentang produk bebas asap rokok.

Menurut Direktur Operasional Philip Morris, Jacek Olczak, saat ini ada banyak informasi yang salah beredar tentang produk bebas asap rokok, sehingga masyarakat menjadi bingung.

Dinilai Tak Berpihak, Sejumlah Pedagang Gelar Aksi Protes Tolak Raperda Kawasan Anti Rokok

"Ini adalah salah satu rintangan terbesar yang dihadapi dunia untuk menjadi bebas asap rokok," kata dia, seperti dikutip dari situs Yahoo, Selasa, 27 Agustus 2019.

Padahal, Olczak menuturkan, kenyataannya ada opsi produk lebih baik yang tersedia bagi perokok yang tidak dapat berhenti merokok.

Biro Hukum Sebut Pembahasan Raperda KTR Masih Dinamis, Aspirasi Rakyat Ditampung

Macam-macam bentuk rokok elektrik atau vape.

Ragam produk rokok elektrik atau vape.

Perusahaan yang juga pemegang saham utama PT HM Sampoerna Tbk itu mengaku kajian ilmiah itu dilakukan oleh perusahaan riset independen, Povaddo.

Survei tersebut dilakukan pada 24 April sampai 6 Mei 2019 di 13 negara yaitu Argentina, Australia, Brazil, Denmark, Jerman, Hong Kong, Israel, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Inggris, dan Amerika Serikat. Jumlah responden orang dewasa berusia 21-74 tahun.

Dalam penelitian tersebut tidak ada pertanyaan bahwa pilihan terbaik bagi perokok adalah berhenti merokok dan berhenti mengonsumsi nikotin. Sebab, pada kenyataannya masih banyak perokok yang tidak bisa berhenti merokok.

Dari kajian ini pula, Olczak menyebut empat dari lima responden setuju bahwa perubahan memang diperlukan. Hanya lebih dari separuh perokok dewasa yang disurvei (55 persen) mengatakan mereka memiliki informasi yang dibutuhkan untuk membuat pilihan tentang produk bebas asap rokok.

Sementara itu, Senior Vice President Global Communication Philip Morris, Marian Salzman, menambahkan, dari 13 negara ini pertimbangan terkuat untuk beralih, setelah mendapatkan hasil dari informasi yang lebih baik ditunjukkan oleh negara-negara Amerika Latin.

Ilustrasi merokok.

Ilustrasi menyalakan rokok.

Brasil dan Meksiko (masing-masing 85 persen) serta Argentina (80 persen). Adapun yang terendah justru dari negara-negara di Eropa, seperti Jerman (51 persen) dan Denmark (47 persen).

“Kami menciptakan gerakan untuk membantu dunia tidak merokok,” klaim Salzman, seperti dikutip dari Korea Times.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya