Peran Realistis Hulu Migas dalam Transisi Energi

Wilayah kerja migas lepas pantai yang dikelola Medco Energi.
Sumber :
  • Medcoenergi.com

Jangan Sampai Kelangkaan Terjadi

Pertamina Buktikan Komitmen terhadap Ekosistem Riset dan Teknologi untuk Ketahanan Energi Nasional

Hilmi melanjutkan, penggunaan minyak dan gas bumi dalam proses transisi energi ini menjadi sangat penting. Sebab, semua pihak tentu tidak ingin terjadi kelangkaan atau krisis energi. Jika infrastruktur pendukung transisi energi belum siap, maka bisa saja terjadi kelangkaan energi dan harga energi fosil bisa naik berkali-kali lipat.

"Salah satu lembaga riset Timur Tengah mengatakan, kalau hari ini kita berhenti eksplorasi di migas hanya mengandalkan lapangan yang ada sekarang. Lalu infrastruktur untuk renewable and new energy belum terbentuk. Harga minyak itu bisa naik 3 kali lipat," paparnya.

Komitmen Sediakan Energi Masyarakat, Produksi Migas PHE Semester I 2025 Capai 1,04 Juta Barel Setara Minyak per Hari

Kondisi ini, lanjut dia, sudah terjadi kira-kira sebulan yang lalu. Harga gas minyak bisa naik 3 kali lipat karena permintaan yang tinggi. Sementara suplai belum pulih.

"Kita tidak inginkan itu terjadi. Terutama di negara berkembang seperti Indonesia, karena kita ini kan sangat tergantung pertumbuhan ekonomi kita kepada suplai energi yang sustainable dan murah," tuturnya.

Transisi Energi Tak Boleh Bebani APBN, Bahlil Soroti Biaya Produksi dan Harga Jual EBT

Realistis dengan Tetap Ekspansi

Proyek pembangkit listrik geothermal Medco Energi.

Photo :
  • Medcoenergi.com

Hilmi mengatakan, proyeksi EBT dalam bauran energi memang akan meningkat ke depannya, sedangkan energi fosil dalam bauran energi akan semakin berkurang. Hilmi mencontohkan, jika kendaraan listrik dikembangkan dengan akselerasi, maka pada tahun 2040, permintaan minyak dunia akan berkurang drastis untuk kendaraan.

"Akan tetapi pertumbuhan kebutuhan untuk aviasi, industri serta untuk petrokimia itu masih terus terjadi," ungkapnya.

Hilmi pun menegaskan, target 1 juta BOPD dan 12 BSCFD dari SKK Migas itu memang adalah kebutuhan. Indonesia, Asean dan Asia menurutnya punya keunikan tersendiri yang tidak bisa dibandingkan dengan Eropa dan Amerika.

"Karena itulah menurut saya, kita komit menurunkan emisi karbon tetapi kita harus realistis di dalam proses transisi ini. Kita tetap harus make sure menyediakan energi yang affordable dan sustainable," paparnya.

Medco Energi sendiri menargetkan produksi migas mencapai 95 ribu setara minyak per hari (MBOEPD) yang dikontribusikan dari minyak 38 MBOEPD dan gas bumi 57 MBOEPD pada 2021.

Produksi MedcoEnergi dan proyek pengembangan.

Photo :
  • Medco

Hilmi mengatakan, pihaknya tetap akan melakukan pengembangan dan ekspansi dengan cara organik seperti eksplorasi dan eksploitasi hulu migas maupun melalui akuisisi blok atau lapangan baru.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya