Respons Ketua OJK soal Pengusaha Sulit Dapat Pembiayaan dari Bank

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Bakrie dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Jakarta, VIVA – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Bakrie mengungkapkan, saat ini pengusaha swasta sulit untuk mendapatkan pembiayaan di sektor perbankan. Hal ini lantaran bank lebih memilih berinvestasi di Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Osco Resmi Jabat Ketua Pengembangan Lahan DEKOPIN, Fokus "Sulap Lahan Tidur" jadi Perumahan Subsidi

Merespons hal ini, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar mengatakan bahwa untuk rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) secara keseluruhan ada di kisaran 89 persen. 

"Dilihat dari segi rasio pinjaman terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) atau LDR (Loan Deposit Ratio) itu keseluruhan bank secara menyeluruh di kisaran 88-89 persen," ujar Mahendra di Menara Kadin, Jakarta, Jumat, 28 Februari 2025.

Kadin Prepares Solution to Handle Mass Layoffs and Budget Cuts

Tim Sar Gabungan Lakukan Pencarian Orang Hilang di kebun Sawit, Konawe Utara

Photo :
  • Erdika Kendari

Mahendra menjelaskan, dengan hal itu maka pembiayaan ke perusahaan swasta saat ini bukan menjadi permasalahan. Menurutnya, yang harus didorong saat ini adalah munculnya kegiatan ekonomi baru.

Indonesia Will Not Beg for Trade Deals, Anindya Bakrie Says

"Sehingga sebenarnya dari segi itu saya rasa tidak ada persoalan, yang kita mesti dorong adalah memang munculnya kegiatan-kegiatan ekonomi. Proyek-proyek yang memang bisa mendukung pertumbuhan ekonomi itu sendiri, dan kemudian memerlukan dukungan pembiayaan termasuk kredit," jelasnya.

Mahendra mengatakan, munculnya kegiatan ekonomi baru ini harus didukung oleh pembiayaan dari perbankan. Sebab, pada gilirannya hal tersebut akan memberikan efek ganda bagi perekonomian nasional

"Ini yang harus dibuat lebih banyak lagi, sehingga bergerak secara menyeluruh. Bukan hanya kreditnya, tapi juga pertumbuhan ekonominya, dan pada gilirannya tentu multiplier efeknya," terangnya.

"Jadi kalau secara likuiditas semata saya tidak melihatnya menjadi isu. Lebih baik kepada kegiatan, aktivitas ekonominya apa. Ini yang harus kita perkuat dan rumuskan dengan sebaik-baiknya," sambungnya.

Sebelumnya, Anindya menyoroti kesulitan yang dialami pengusaha untuk mendapatkan pembiayaan di sektor perbankan. Dia menyebut, saat ini perbankan lebih memilih berinvestasi di Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Ilustrasi Bank

Photo :
  • blog.otcmarkets.com

"Semua merasakan bahwa teman-teman di swasta sangat sulit untuk mendapatkan pembiayaan karena likuiditas ini. Di mana banyak perbankan yang melihat tentu menarik untuk menginvestasikan di SBN, SRBI dan ini hal yang Pak Mahendra juga pasti sudah tahu dengan baik," ujar Anindya.

Dengan sulitnya perusahaan swasta mendapat pembiayaan dari perbankan, Anindya meminta kepada Mahendra agar akses pembiayaan bisa diberikan. Sehingga, pengusaha bisa ikut menggerakan perekonomian nasional.

"Kami di dunia usaha ingin sekali untuk heal the economy dan mesti bergerak dan semua itu membutuhkan pendanaan yang baik tentunya," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya