Kemendag Tegaskan RI Sudah Fokus Perluas Pasar Ekspor Sebelum Ada Kebijakan Tarif Trump

Ilustrasi ekspor impor.
Sumber :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

Jakarta, VIVA – Pemerintah Indonesia terus fokus meningkatkan kerja sama perdagangan dengan negara-negara mitra dagang non-tradisional. Hal itu ditegaskan Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Djatmiko Bris Witjaksono.

Kebijakan ini juga menjadi langkah antisipasi anjloknya permintaan ekspor sejumlah barang dari Indonesia, sebagai imbas dari tarif resiprokal Donald Trump. Sehingga, menurutnya Indonesia harus menggenjot perluasan pasar ekspor bagi produk-produk dalam negeri, yang membutuhkan pasar alternatif agar kinerja ekspor Indonesia tetap bergerak positif.

"Jadi memang sebelum ada kebijakan tarif seperti saat ini, kita sebenarnya sudah fokus untuk membuka pasar alternatif atau pasar non-tradisional, dan sampai saat ini sudah banyak yang berhasil kita jajaki," kata Djatmiko dalam konferensi pers di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Senin, 21 April 2025.

Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Djatmiko Bris Witjaksono, dalam konferensi pers di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Senin, 21 April 2025

Photo :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Dia pun membeberkan sejumlah upaya Pemerintah Indonesia dalam pembukaan pasar-pasar alternatif baru non-tradisional tersebut. Pertama yakni pasar Kanada, dimana Indonesia dan Kanada telah menandatangani Pernyataan Bersama mengenai Penyelesaian Perundingan Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).

Selain kerja sama perdagangan barang, Djatmiko menjelaskan bahwa perjanjian ini juga memberikan preferential treatment bagi penyedia jasa Indonesia, termasuk untuk sektor jasa bisnis, telekomunikasi, konstruksi, pariwisata, dan transportasi.

Dalam hal investasi, perjanjian ini akan mempermudah akses investasi di sektor manufaktur, pertanian, perikanan, kehutanan, pertambangan dan penggalian, serta infrastruktur energi.

Kemudian, perjanjian ini juga mencakup komitmen lainnya yaitu hak kekayaan intelektual, praktik regulasi yang baik, niaga elektronik (e-commerce), persaingan usaha, Usaha Kecil dan Menengah (UKM), pemberdayaan ekonomi perempuan, lingkungan, dan ketenagakerjaan.

Menteri Maman Beberkan Manfaat Pembentukan Holding UMKM, Genjot Kinerja Pelaku Usaha

"Kanada ini juga menjadi pasar alternatif yang menjanjikan, ini akan menjadi satu pasar tujuan ekspor yang didukung instrumen fasilitas tarif dan non-tarif di kawasan Amerika Utara," ujar Djatmiko.

Selanjutnya, Indonesia juga baru menyelesaikan perubahan struktur perdagangan dengan Uni Emirate Arab (UEA), yang telah membuat neraca perdagangan Indonesia-UEA yang tadinya defisit kini menjadi surplus.

Bank Mandiri Gandeng LPEI Dongkrak Ekspor RI

Selain itu, Indonesia pun tengah menjalin komunikasi dengan Tunisia terkait kerja sama perdagangan dalam bentuk Prefential Trade Agreement. Tunisia disebut menjadi salah satu pintu masuk dan akan memberikan peluang besar bagi Indonesia, untuk bisa memasarkan produk-produk di kawasan Afrika Utara.

Sejumlah kawasan yang masuk dalam incaran Indonesia antara lain yakni Amerika Selatan khususnya Peru, Uni Eropa, serta kawasan Eurasia.

Trump soal Kebijakan Tarif AS: Kami Ingin Buat Tank, Bukan Kaos Oblong

"Eurasia ini custom union, terdiri dari Rusia, Belarus, Kazakhstan. Ini juga punya potensi yang luar biasa besar, kalau kita bisa memiliki perjanjian-perjanjian Eurasia," ujarnya.

Pete Hegseth, Menteri Pertahanan Amerika Serikat

Menhan AS: China Siap Gunakan Kekuatan Militer, Amerika Tak Akan Mundur dari Asia

Peringatan itu disampaikan dalam pidatonya di Dialog Shangri-La, sebuah forum keamanan tahunan yang digelar di Singapura, Sabtu 31 Mei 2025.

img_title
VIVA.co.id
1 Juni 2025