IHSG Terancam Koreksi Jelang Rilis Laporan Keuangan Kuartal I-2025, Ada Apa?

Ilustrasi IHSG Terancam Koreksi Jelang Rilis Lapkeu Kuartal I-2025
Sumber :
  • ANTARA/Vitalis Yogi Trisna

Jakarta, VIVA – Musim laporan keuangan kuartal I-2025 diperkirakan akan berlangsung mulai akhir April hingga awal Mei. Momentum tersebut dinilai menjadi katalis terhadap pergerakan saham di pasar karena investor akan menilai kinerja dari setiap perseroan.

IHSG Tembus Area 7.214 pada Penutupan Bursa Hari Ini, Saham Teguk Kinclong Seiring Pengumuman Akuisisi

Retail Research Analyst dari CGS Sekuritas Indonesia, Andrian A. Saputra, melihat Indeks Indeks Harga Gabungan (IHSG) berpeluang mengalami penurunan jangka pendek pada awal Mei. Koreksi menyusul potensi hasil kinerja keuangan yang diprediksi cenderung melemah. 

Andrian mengungkap beberapa faktor yang menyebabkan kinerja keuangan kemungkinan besar di bawah ekspektasi pasar. Ia melihat konsumsi masyarakat menurun di sepanjang kuartal pertama tahun ini.

IHSG Sesi I Menguat 25 Poin, Saham Teguk hingga KFC Jadi Top Gainers

"Terlihat dari arus mudik tahun ini jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sedikit lebih rendah, itu yang pertama," ujar Andrian dikutip saat sesi siaran langsung di Instagram @cgs_id pada Rabu, 23 April 2025.

Penutupan IHSG

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa
Dibuka Menghijau, IHSG Coba Break Resistance Ditopang Penguatan Rupiah

Andrian juga menyoroti kemerosotan belanja di mal dan restoran. Tidak hanya itu, pembelian voucher paket data seluler hingga pembelian produk-produk pakaian terpantau anjlok.

Sentimen yang turut membebani laporan keuangan dan pasar modal domestik, yaitu adanya kabar dari Kementerian Ketenagakerjaan yang melaporkan angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada sektor formal mengalami peningkatan. Khususnya pada tiga bulan terakhir ini.

"Ini menjadi salah satu clue bahwa hasil (kinerja keuangan) akan weak sehingga membuat IHSG kemungkinan akan terkontraksi jangka pendek ke level terendah pada akhir april atau awal Mei nanti," jelas Andrian. 

Terkait dampak kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS)sebesar 32 persen atas ekspor indonesia ke AS juga dapat memperlambat pertumbuhan PDB Indonesia 2025. Andrian memproyeksikan persentase koreksi sebesar 0,3-0,5 persen dari target pemerintah sebesar 5,2 persen.

"Overall efeknya relatif minim sebetulnya. Saat ini, pemerintah masih terus melakukan negosiasi demi negosiasi dengan AS untuk mengurangi dampak dari kebijakan tersebut," lanjut Andrian. 

Lebih lanjut, Adrian mengapresiasi sikap pro-aktif regulator dan pemerintah merespons gejolak terhadap IHSG. Ia menyinggung langkah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan izin kepada emiten melakukan pembelian kembali (buyback) saham tanpa harus diputuskan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 

"Semakin hari semakin banyak yang melakukan buyback menjadi tambahan likuiditas bagi pasar," tutur Andrian.

Perhatian Andrian juga tertuju pada Danantara yang akan menerima dividen-dividen dari emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan dikabarkan akan mulai masuk ke pasar modal. Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan akan meningkatkan portofolio investasi di pasar saham. 

"Keterlibatan dua entitas besar ini harapannya positif dalam mendukung kestabilan pasar sehingga setidaknya mampu memberikan perasaan lega di kalangan investor di tengah gejolak pasar yang terjadi belakangan ini," kata Andrian.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya