Sri Mulyani Sebut PBB, IMF hingga WTO 'Tak Berkutik' Hadapi Tarif Trump

[tangkapan layar]
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Jakarta, VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan, gejolak geopolitik berupa invasi militer hingga perang dagang, sebagai dampak dari kebijakan tarif perdagangan yang diusung Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, terjadi bukan tanpa alasan.

Bantah Ada Kebuntuan Negosiasi Tarif Impor AS, Istana: Doakan yang Terbaik buat Bangsa

Dalam Rapat Kerja dengan Komite IV DPD RI, Bendahara Negara menyebut jika hal itu antara lain disebabkan makin melemahnya peran berbagai lembaga internasional seperti PBB, WTO, IMF, hingga World Bank, sehingga eksistensinya juga semakin tidak dihormati di mata masyarakat global.

"Hari-hari ini, peranan dari lembaga-lembaga multilateral itu menjadi sangat lemah atau tidak dihormati," kata Sri Mulyani, Rabu, 9 Juli 2025.

Titik Terang Negosiasi Dagang, RI Dipastikan Bakal Impor Energi hingga Gandum dari AS

Kondisi tersebut diakui menkeu membuat sejumlah negara yang memiliki kepentingan nasionalnya pribadi, jadi bisa bertindak sebagai tanpa menuruti berbagai kesepakatan yang telah dijalin dengan berbagai negara di lembaga-lembaga multilateral tersebut.

Padahal, pembentukan lembaga-lembaga multilateral tersebut pasca era Perang Dunia II silam, bertujuan menyelesaikan sengketa dan masalah ekonomi-politik yang terjadi antar negara-negara anggotanya.

Sri Mulyani Beberkan Tren Pelemahan Ekonomi Mulai Terjadi Imbas Kebijakan Tarif Trump

Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif masuk barang impor ke AS

Photo :
  • AP Photo/Mark Schiefelbein

"Yang terjadi adalah hampir mirip dengan era sebelum Perang Dunia II, yaitu kalau sebuah negara punya tujuan dan punya kepentingan, dia kemudian secara sepihak bisa memaksakan kehendaknya kepada negara lain," ujarnya.

Diketahui, pengenaan tarif perdagangan yang tinggi bagi para mitra dagang AS oleh Donald Trump, juga turut menimpa Indonesia yang bakal dibebankan tarif impor sebesar 32 persen.

Angka itu bahkan lebih tinggi dibandingkan tarif yang dikenakan Trump kepada sejumlah negara Asia lain seperti misalnya Malaysia, Jepang, dan Korea Selatan, yang masing-masingnya hanya dikenakan tarif 25 persen.

Presiden Donald Trump saat mengumumkan tarif masuk barang impor ke AS beberapa waktu lalu.

Photo :
  • AP Photo/Evan Vucci

Langkah Trump itu sempat disebut Sri Mulyani sebagai penyebab dari meningkatnya ketidakstabilan atau volatilitas global yang kompleks. Imbasnya, berbagai lembaga internasional pun terpaksa harus memangkas proyeksi ekonomi global untuk tahun 2025 ini dan tahun 2026 mendatang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya