Ekonom Proyeksikan BI Rate Bakal Ditahan 5,50 Persen, Simak Indikatornya
- VIVA.co.id/Anisa Aulia
Jakarta, VIVA – Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memproyeksi, Bank Indonesia (BI) bakal mempertahankan BI Rate di level 5,50 persen.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky mengatakan, beberapa hal yang menjadi sorotan pihaknya yakni inflasi umum yang naik menjadi 1,87 persen secara year-on-year (yoy) pada Juni 2025, yang didorong oleh gangguan pasokan pangan dan kenaikan harga emas yang berkelanjutan.
"Meskipun investor asing mencatat arus keluar modal neto sebesar US$0,21 miliar, Rupiah tercatat menguat sebesar 0,22 persen secara month-to-month (mtm) didukung oleh pelemahan dolar AS," kata Riefky saat dihubungi VIVA, Rabu, 16 Juli 2025.
Inflasi terkendali, stabilitas ekonomi tetap terjaga
- vstory
Dia menambahkan, ke depannya tekanan inflasi kemungkinan akan terus meningkat, seiring dengan dimulainya tahun ajaran baru, peningkatan belanja liburan, dan penerapan kenaikan harga bahan bakar non-subsidi. Di saat yang sama, ketegangan geopolitik yang berkepanjangan dan rencana penerapan tarif AS, masih terus membayangi prospek global.
"Mencermati perkembangan ini, kami berpandangan bahwa Bank Indonesia sebaiknya mempertahankan BI Rate di level 5,50 persen pada Rapat Dewan Gubernur bulan Juli 2025, untuk menjaga stabilitas Rupiah," ujarnya.
Riefky menyampaikan, inflasi yang meningkat signifikan menjadi 1,87 persen (yoy) pada Juni 2025 dari sebelumnya 1,60 persen (yoy) pada Mei 2025, masih berada dalam kisaran sasaran BI yang sebesar 1,5-3,5 persen.
Kalung emas seberat 25 gram milik WN India yang dijambret
- VIVA.co.id/Maha Liarosh (Bali)
Tekanan inflasi terutama didorong oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, dengan kontribusi sebesar 0,59 poin persentase. Kemudian diikuti oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau, yang memberikan kontribusi sebesar 0,58 poin persentase. Sementara itu, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan, juga turut meredam tekanan inflasi dengan penurunan sebesar 0,02 poin persentase dari total inflasi.
Perawatan pribadi dan jasa lainnya mengalami inflasi sebesar 9,30 persen (yoy) pada Juni 2025, sedikit meningkat dari 9,24 persen (yoy) pada Mei 2025. Angka ini menandai bulan ketiga berturut-turut inflasi di atas sembilan poin persentase, mendekati rekor dua digit yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa tahun terakhir.
"Melonjaknya inflasi terutama disebabkan oleh meningkatnya permintaan emas. Jika ditelusuri lebih lanjut, perhiasan emas menunjukkan harga yang fluktuatif akibat ketidakpastian global, yang mendorong investor untuk memitigasi berbagai risiko dengan membeli aset safe haven," kata Riefky.
Lebih lanjut, kelompok makanan, minuman, dan tembakau, mencatat inflasi sebesar 1,99 persen (yoy) pada Juni 2025, hampir dua kali lipat dari 1,03 persen (yoy) pada Mei 2025. Kontribusi terbesar berasal dari beras dan ikan, utamanya akibat penurunan jumlah pasokan.
Di sisi lain, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan, berdampak negatif terhadap total inflasi pada Juni 2025. Meskipun, levelnya sedikit menurun menjadi 0,27 persen (yoy), dari sebelumnya 0,28 persen (yoy) pada Mei 2025.
"Tren deflasi ini terutama disebabkan oleh melemahnya permintaan konsumen terhadap kelompok perangkat informasi dan komunikasi, seperti telepon seluler," ujarnya.
