Muhammadiyah Belum Dapat Jatah Tambang, Bahlil Ungkap Alasannya

[Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, di acara 'Energi dan Mineral Forum 2025' di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Senin, 26 Mei 2025]
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Jakarta, VIVA – Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, mengungkapkan alasan belum ditetapkannya Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK) untuk Muhammadiyah.

Bahlil soal Peluang PDIP Masuk Kabinet: Hak Prerogatif Presiden

Dia menjelaskan, saat ini Kementerian ESDM masih mencari lokasi tambang untuk Muhammadiyah, agar tidak terjadi ketimpangan dengan jatah tambang untuk ormas lain seperti misalnya dengan Nahdlatul Ulama (NU).

"Muhammadiyah itu kan kemarin sudah kita dorong, tapi kita lagi mengkaji kembali. Karena yang harus kita kasih itu kan (tambang) yang bagus. Jangan sampai yang jelek," kata Bahlil di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa, 22 Juli 2025.

Prabowo Sebut PDIP dan Gerindra Bak Kakak-Adik, Bahlil: Golkar Juga

Sekretaris LBHAP PP Muhammadiyah Ikhwan Fahrojih

Photo :
  • VIVA.co.id/Fajar Ramadhan

"Kalau (tambang buat Muhammadiyah) kurang bagus, kan sayanya enggak adil dong. Maka lagi kita carikan yang bagus dulu," ujarnya.

Bahlil Serahkan Kajian 18 Proyek Hilirisasi dan Energi Senilai Rp 618 Triliun ke Danantara

Dia mengaku jika sebelumnya Kementerian ESDM telah mendorong Muhammadiyah untuk mengelola eks-tambang Adaro. Namun setelah dicek lebih lanjut, Bahlil mengatakan bahwa lokasi tersebut belum memenuhi kriteria optimal.

"Karena kita ingin kasihnya (tambang) yang bagus. Karena yang NU punya kan bagus, Muhammadiyah juga harus yang bagus. Supaya niat baik kita itu sejalan dengan apa yang kita eksekusi," ujarnya.

Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia

Photo :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Diketahui, sebelumnya Muhammadiyah dikabarkan akan mengelola tambang bekas perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara (PKP2B) milik PT Adaro Energy Tbk.

Hal itu sebagaimana Nahdlatul Ulama (NU) yang juga sudah menyelesaikan proses perizinan WIUPK untuk mengelola lahan tambang eks PKP2B PT Kaltim Prima Coal (KPC) seluas 26.000 hektare (ha).

Pihak Muhammadiyah sendiri sebelumnya mendapatkan tawaran tiga wilayah tambang, yakni eks tambang Adaro Energy, Kideco Jaya Agung, atau Arutmin.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya