Tembus 12,56 Juta Jiwa, Orang Miskin RI Terbanyak 'Ngumpul' di Pulau Jawa

Ateng Hartono, Deputi Bidang Statistik Sosial BPS
Sumber :
  • [tangkapan layar]

Jakarta, VIVA – Deputi Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS), Ateng Hartono melaporkan, jumlah penduduk miskin per Maret 2025 berdasarkan sebaran wilayah, masih terkonsentrasi di Pulau Jawa yakni mencapai sebanyak 12,56 juta orang.

Rupiah Dibuka Melemah Dibayangi Data Lonjakan Angka Kemiskinan Nasional

Secara keseluruhan, Ateng memastikan bahwa jumlah itu turut berkontribusi hingga sebesar 52,66 persen, terhadap total jumlah penduduk miskin secara nasional.

Sementara jumlah penduduk miskin paling sedikit dilaporkan berada di wilayah Kalimantan, yang hanya sebesar 0,89 juta orang atau sekitar 3,75 persen dari total penduduk miskin secara nasional. Dibandingkan September 2024 lalu, Ateng mengatakan bahwa hampir seluruh pulau mengalami penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin pada Maret 2025.

Alasan BPS Belum Adopsi Garis Kemiskinan versi Bank Dunia

Kemiskinan meningkat di tengah pandemi

Photo :
  • vstory

"Penurunan paling besar pada Maret 2025 terjadi di Bali dan Nusa Tenggara, yang menurun 0,22 persen poin dibandingkan dengan September 2024. Kecuali di Maluku dan Papua yang persentase dan jumlah kemiskinannya mengalami peningkatan," kata Ateng dalam konferensi pers, Jumat, 25 Juli 2025.

Belum Berubah Sejak 1998, BPS Bakal Perbarui Metode Penghitungan Angka Kemiskinan

Dia juga menjelaskan perkembangan tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan, yang secara umum dikategorikan ke dalam indeks kedalaman kemiskinan (P1). Sementara indeks keparahan kemiskinan (P2) mengalami penurunan dibandingkan dengan September 2024.

Ateng merinci, pada Maret 2025 lalu P1 tercatat mencapai sebesar 1,365, meningkat dibandingkan September 2024 yang sebesar 1,364 dan menurun dibandingkan Maret 2024 yang sebesar 1,461. Sementara P2 pada Maret 2025 tercatat hanya sebesar 0,319, atau turun dibandingkan September 2024 yang sebesar 0,322 dan Maret 2024 yang sebesar 0,347.

Berdasarkan lokasi daerah, Ateng mengatakan bahwa nilai P1 dan P2 di pedesaan lebih tinggi daripada di perkotaan. Nilai P1 untuk perkotaan tercatat sebesar 1,061 Pada Maret 2025, sementara di pedesaan justru lebih tinggi yakni mencapai 1,811. Kemudian untuk nilai P2, di perkotaan nilainya sebesar 0,245 sementara di pedesaan lebih tinggi yakni mencapai 0,427.

Seorang anak keluarga miskin beraktivitas didalam rumahnya di Desa Darussalam, Nisam Antara, Aceh Utara, Aceh. (Ilustrasi)

Photo :
  • Antara/Rahmad

Selanjutnya, Ateng juga melaporkan profil kemiskinan pada Maret 2025, yang dihitung berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Dimana pendataannya khusus dilakukan pada Februari 2025 lalu. Hal itu disebabkan pada Maret 2025 lalu, momennya bertepatan dengan bulan Ramadan sehingga mempengaruhi pola konsumsi rumah tangga. 

"Dengan jumlah sampel Susenas pada Maret 2025 yang mencapai sebanyak 345 ribu rumah tangga, dan tersebar di 38 Provinsi 514 Kabupaten/Kota," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya