Beras dan Rokok Jadi Penyebab Angka Kemiskinan di Jakarta Naik
- Dok. Istimewa
Jakarta, VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta mencatat sejumlah komoditas memberikan pengaruh besar terhadap garis kemiskinan di Jakarta pada Maret 2025.
Kepala BPS Provinsi DKI Jakarta, Nurul Hasanudin, mengungkapkan komposisi terbesar dalam garis kemiskinan di Jakarta berasal dari makanan, yaitu sebesar 69,41 persen, kemudian bukan makanan sebesar 30,59 persen.
Untuk komoditas makanan, komoditas beras tercatat sebagai penyumbang terbesar garis kemiskinan di Jakarta sebesar 16,65 persen. Disusul rokok kretek/filter sebesar 9,53 persen, daging ayam ras 5,06 persen dan telur ayam ras 4,87 persen.
Ilustrasi harga beras
- VIVA/M Ali Wafa
Sedangkan untuk komoditas bukan makanan tercatat penyumbang terbesar adalah perumahan sebesar 12,33 persen, listrik 3,81 persen, bensin 2,38 persen dan pendidikan 2,48 persen.
"Disini besar dan perumahan menjadi ciri bahwa komoditas ini paling dibutuhkan masyarakat, berusaha untuk mengadakannya berapapun harganya akan dibeli, termasuk rokok kretek filter karena sifat adiktifnya masyarakat miskin kita masih membelanjakan sebagian pendapatannya pengeluarannya untuk rokok," kata Kepala BPS DKI Jakarta Nurul Hasanudin dalam Rilis Berita Resmi Statistik DKI Jakarta di Jakarta, Jumat, 25 Juli 2025.
Sebelumnya, BPS DKI Jakarta mengemukakan garis kemiskinan di Jakarta pada Maret 2025 sebesar Rp852.768, lebih tinggi dari nasional yakni Rp609.160 per kapita per bulan.
"Artinya ini menjadi satu gambaran betapa standar kebutuhan daripada masyarakat di Jakarta, secara besaran pengeluaran itu sangat tinggi dibandingkan daerah-daerah lain yang ada di Indonesia," kata Kepala BPS DKI Jakarta, Nurul Hasanudin di Jakarta
Hasanudin mengatakan garis kemiskinan di Jakarta pada Maret 2025 mengalami kenaikan sebesar 0,79 persen dibandingkan September 2024 yang sebesar Rp 846.085 per kapita per bulan.
Garis kemiskinan merupakan suatu nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan bukan makanan yang harus dipenuhi agar tidak dikategorikan penduduk miskin. Sementara penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
"Ada yang makanan distribusinya sebesar 69,41 persen dan yang bukan makanan sebesar 30,59 persen. Garis kemiskinan makanan terkait nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilokalori per kapita per hari," jelas dia.