Harga Bitcoin Terancam Melemah, Ini 3 Sinyal Bahaya yang Perlu Diwaspadai

Bitcoin dan aset kripto.
Sumber :
  • Pioneering Minds

Jakarta, VIVA – Di tengah optimisme pasar terhadap mata uang kripto, para investor kini kembali dibuat waswas. Bitcoin (BTC), yang selama ini dikenal karena reli harga spektakulernya, mulai menunjukkan tanda-tanda kehilangan momentumnya. 

Keluarga Donald Trump Kuasai Kripto? Stablecoin, Bitcoin, dan UU Baru bikin Publik Curiga

Volatilitas memang bukan hal baru di dunia kripto, tetapi ketika sinyal teknikal dan pola historis menunjukkan peringatan, sudah saatnya kita waspada. Apakah Bitcoin akan terkoreksi ke level US$115.000 atau setara Rp1,88 miliar (asumsi kurs Rp16.300)? 

Inilah analisis terbaru yang perlu diketahui para pelaku pasar, seperti dirangkum dari Cointelegraph, Jumat, 25 Juli 2025.

Modus Penipuan Kripto Paling Berbahaya di Indonesia Terbongkar, Ini Cara Mengenalinya

Bitcoin.

Photo :
  • Dok. Istimewa

1. Divergensi Bearish Tersembunyi di RSI

Modus Baru Penipuan Kripto Gunakan Google Forms, Awas! Banyak yang Tertipu

Saat ini, Bitcoin berada di level US$115.497 atau sekitar Rp1,88 miliar, namun analis teknikal melihat adanya pola yang mencemaskan. Bitcoin menunjukkan divergensi bearish tersembunyi antara harga dan RSI (Relative Strength Index), sebuah indikator momentum yang digunakan untuk mengukur kekuatan pergerakan harga.

Divergensi semacam ini terjadi ketika harga mencetak higher high (harga lebih tinggi dari sebelumnya), namun RSI justru stagnan atau membentuk lower high. Ini menandakan bahwa kekuatan di balik kenaikan harga mulai melemah.

Pola serupa pernah muncul pada Maret 2024 dan menyebabkan penurunan harga Bitcoin sebesar 20% dalam beberapa hari setelahnya. Jika pola ini kembali terulang, bukan tak mungkin Bitcoin akan mengalami koreksi dalam waktu dekat.

2. Gap CME Bisa Menjadi Magnet Penurunan

Salah satu sinyal teknikal penting lainnya adalah keberadaan gap di grafik harian Chicago Mercantile Exchange (CME), tepatnya antara US$114.380 dan US$115.635. Gap ini muncul ketika harga Bitcoin melonjak di luar jam perdagangan reguler CME, meninggalkan "kekosongan" harga yang sering kali kembali diisi oleh pasar.

Data historis menunjukkan bahwa dalam tahun 2025 saja, dari sembilan CME gap yang muncul, tujuh di antaranya telah "terisi". Masih ada dua yang belum, salah satunya adalah di kisaran US$114.000–US$115.000. Artinya, kemungkinan harga Bitcoin akan turun untuk menutup celah ini cukup besar.

3. Bitcoin Masuk Zona Distribusi

Seorang analis kripto anonim bernama Gaah menunjukkan bahwa Index Bitcoin Cycle Indicators (IBCI) telah memasuki zona distribusi, wilayah yang secara historis terkait dengan euforia pasar dan puncak harga sementara. Ini merupakan ketiga kalinya IBCI memasuki zona ini dalam siklus bull market saat ini.

Gaah menjelaskan bahwa meski indeks baru menyentuh batas bawah zona (80%), belum sampai ke puncak 100% seperti di siklus sebelumnya, sinyal ini tetap harus diperhatikan.

Indikator penting lainnya seperti Puell Multiple dan STH-SOPR (Short-Term Holder Spent Output Profit Ratio) juga masih di bawah level tengah. Ini menunjukkan bahwa aktivitas spekulasi ritel dan aksi ambil untung dari penambang belum mencapai puncaknya.

"Perilaku IBCI ini menjadi sinyal peringatan penting: kita berada di zona dengan risiko koreksi tinggi dalam jangka pendek, namun belum tentu mencapai akhir siklus besar," katanya.

Walaupun tren jangka panjang Bitcoin masih tetap utuh, berbagai indikator menunjukkan potensi koreksi dalam waktu dekat. Divergensi pada RSI, gap CME yang belum tertutup, dan sinyal distribusi dari IBCI menjadi tiga peringatan penting bagi para trader dan investor. Waspadai volatilitas yang mungkin datang, dan bersiaplah dengan strategi yang matang sebelum mengambil keputusan besar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya