Sri Mulyani: Stimulus Pemerintah Dongkrak Konsumsi Rumah Tangga Kuartal II-2025
- VIVA.co.id/Anisa Aulia
Jakarta, VIVA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, tingginya konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2025, merupakan dampak dari berbagai stimulus yang diberikan pemerintah kepada masyarakat.
Dimana dari pertumbuhan ekonomi 5,12 persen secara year-on-year (yoy) pada kuartal II-2025, sebesar 54,25 persennya disumbang dari konsumsi rumah tangga yang tumbuh hingga 4,96 persen pada periode tersebut.
Dia mencontohkan, berbagai jenis stimulus yang sudah dikucurkan pemerintah misalnya seperti bantuan sosial (bansos), pencairan subsidi upah, hingga pencairan gaji ke-13 untuk PNS dan para pensiunan.
"Ini cukup memberikan dukungan terutama untuk kelompok menengah bawah," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Selasa, 5 Agustus 2025.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati
- VIVA.co.id/Anisa Aulia
Dia menambahkan, kinerja APBN juga telah memberikan kontribusi yang sangat signifikan untuk menjaga daya beli masyarakat. Misalnya melalui pemberian insentif berupa diskon di sektor transportasi, baik dalam hal tarif tol maupun upaya APBN lainnya seperti memberikan penebalan bansos.
"Pemerintah juga memberikan bantuan subsidi upah, yang langsung masuk ke dalam akun masing-masing pekerja formal. Tentunya ini juga langsung menciptakan multiplier (effect) melalui konsumsi rumah tangga," ujar Menkeu.
Meskipun realisasi konsumsi masyarakat terbilang moncer di kuartal II-2025 itu, namun Sri Mulyani mengakui bahwa konsumsi pemerintah justru masih mengalami kontraksi sebesar 0,33 persen (yoy) menurut data BPS.
Penyebabnya diakui Menkeu lebih kepada besarnya pengeluaran APBN pada periode yang sama tahun lalu, dengan adanya pelaksanaan Pemilu. Sehingga, hal ini menurutnya bukan disebabkan karena Kementerian/Lembaga yang kurang dalam hal membelanjakan atau menyerap anggarannya.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati
- VIVA.co.id/Anisa Aulia
"Jadi kalau sekarang (konsumsi pemerintah) masih kontraksi, itu karena baseline-nya tahun lalu cukup tinggi. Tapi sebetulnya kami mengharapkan di kuartal II-2025 sudah mulai positif," ujarnya.