Kepala LAN Tegaskan Kepemimpinan Kolaboratif Dukung Transformasi Ekonomi

Lembaga Administrasi Negara (LAN)
Sumber :

Jakarta, VIVA – Kepala Lembaga Administrasi Negara,  Muhammad Taufiq menegaskan, birokrasi ibarat mesin kapal besar, melaju menuju Indonesia Emas. Tentunya lajunya membutuhkan nakhoda sebagai pemimpin visioner dan para pungga kapal yang cakap dan mampu berkolaborasi.

Aktivis 98 Adakan Retret dan Konsolidasi Nasional, Soroti Kinerja Menteri dan Kebijakan Pemerintah

Menurutnya, tanpa karakteristik kepemimpinan yang mumpuni, tentunya kapal akan melambat di tengah kondisi birokrasi Indonesia yang memiliki berbagai tantangan.

Hal tersebut ditegaskan , DEA pada pembukaan Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat I Angkatan LXV kerjasama LAN dengan Tanoto Foundation, di Aula Prof. Agus Dwiyanto, hari ini.

Jelang HUT ke-80 RI, Capaian Demokrasi Politik Diinilai Tak Berkorelasi dengan Ekonomi

Dia mengatakan, banyak kerja dan program pemerintah yang membutuhkan kolaborasi dan koordinasi lintas sektor baik antara pemerintah dengan sektor swasta (private sector). Sehingga dapat menghasilkan kebijakan yang adaptif, inklusif, dan berdampak.

Karenanya menurut Taufiq, pelatihan ini merupakan ajang dalam mengasah kembali dan melakukan transformasi pelayanan yang mengacu pada tema nasional PKN. Yakni pengembangan kapasitas kepemimpinan birokrasi dalam mendukung Asta Cita untuk Mewujudkan Indonesia Maju.

Penyangga Denyut Ekonomi Bahodopi

“Tema ini dijabarkan ke dalam Tema Angkatan, serta menjadi benang merah dalam penyusunan agenda pembelajaran, benchmarking, policy brief, hingga proyek perubahan. Semua diarahkan untuk mendukung SDGs, transformasi tata kelola, dan dampak riil bagi masyarakat. yakni: Kepemimpinan Kolaboratif dalam Mendukung Transformasi Ekonomi, Tata Kelola, dan Supremasi Hukum Menuju Indonesia Maju,” ujar Taufiq dikutip dari keterangannya, Senin, 11 Agustus 2025.

Gedung Lembaga Administrasi Negara RI

Photo :
  • LAN

“Hal ini tentunya mengacu kepada arahan presiden dalam Asta Cita,” tambahnya.

Dia menguraikan bahwa pelatihan kepemimpinan ini merupakan pelatihan unggulan yang telah dijalankan dan sampai tahun 2024 telah menghasilkan 530 alumni yang unggul dan menjadi pemimpin berdampak di berbagai bidang. Dengan semakin kompleksnya permasalahan birokrasi yang harus bertahan di tengah kemajuan teknologi, maka Pelatihan mengedepankan penggunaan teknologi dengan pendekatan blended learning.

“Dalam mewujudkan cita-cita Indonesia Maju, tentunya dibutuhkan kolaborasi lintas sector, yang dalam hal ini dilaksanakan, dimana LAN bergandengan dengan Tanoto Foundation melaksanakan pelatihan.” tuturnya.

Sementara itu, Country Head Tanoto Foundation, Inge Sanitasia Kusuma, menguraikan bahwa Tanoto senantiasa siap hadir bagi Indonesia demi memajukan pendidikan berdampak. Indonesia saat ini bergerak menuju negara maju, dalam mendukung tujuan itu, dibutuhkan ekonomi yang bertumbuh, tata kelola, supremasi hukum yang saling bersinergi.

“Ketiga hal tersebut dapat menciptakan pondasi pembangunan SDM Indonesia seperti yang dicita-citakan oleh Presiden Prabowo melalui Asta Cita,” ujarnya.

Menurutnya, Investasi dalam pembangunan SDM ini dipenuhi melalui peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan penguatan kepemimpinan yang berkualitas yang menciptakan kualitas kebijakan yang berdampak sebagai elemen kunci keberhasilan suatu bangsa.

“Maka, dalam hal ini, Tanoto Foundation turut berpartisipasi dalam pelatihan ini karena percaya, PKN adalah media pendidikan para pemimpin yang adaptif, transformatif, visioner, dan berintegritas,” imbuhnya. 
 
Hadir pada kesempatan yang sama, sekaligus membuka pelatihan, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB), Rini Widyantini yang dalam sambutannya menjabarkan bahwa para peserta pelatihan kepemimpinan adalah connector atau jembatan penghubung antara rasionalitas teknokratik, aspirasi politik, dan kebutuhan masyarakat.

Lebih jauh Menteri Rini menegaskan bahwa para peserta adalah calon-calon pemimpin, penghasil kebijakan di berbagai sektor yang harus mampu membangun sinergi. Kemudian, menjadi inisiator lintas sektor, pemecah sekat birokrasi, memastikan keputusan berbasis data dan bukti (bukan hanya berbasis intuisi), sekaligus penjaga arah dan akuntabilitas kebijakan.

“Peran ini menuntut kepekaan, integritas, serta kecakapan komunikasi yang tinggi untuk mendorong perubahan dari kerja silo menuju sinergi yang menghasilkan dampak nyata bagi masyarakat.” tutupnya.

Sejalan dengan Menpan RB, Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas) Republik Indonesia, Agus Andrianto mengatakan, pelatihan ini bukan sekadar syarat administratif, tetapi momen transformasi kepemimpinan serta membentuk karakter kepemimpinan yang berorientasi solusi.

“Maka setiap peserta pelatihan hendaknya dapat merancang dan mengimplementasikan proyek perubahan yang relevan dan berdampak nyata untuk melahirkan inovasi. Momen ini menjadi ajang pengembangan semangat berkolaborasi dan terintegrasi serta membangun sensitivitas isu-isu stratgeis nasional.” urainya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya