Nilai Ekonomi Internet Indonesia Bikin Silau
- Bingiton Seo
VIVA – Nilai ekonomi internet Indonesia secara keseluruhan memiliki Gross Merchandise Value (GMV) senilai US$70 miliar atau hampir Rp1.000 triliun, tepatnya Rp997,6 triliun pada 2021, berdasarkan laporan SEA e-Conomy yang disusun oleh Google, Tamasek, dan Bain & Company.
Dari angka tersebut, diketahui bahwa Indonesia menyumbang 40 persen dari total GMV di kawasan Asia Tenggara. Laporan berjudul "Roaring 20s: The SEA Digital Decade" itu juga memperkirakan nilai tersebut akan naik dua kali lipat menjadi US$146 miliar atau lebih dari Rp2.000 triliun.
Sektor e-commerce menjadi sektor dengan pertumbuhan yang sangat besar yakni 52 persen. GMV e-commerce Indonesia diproyeksikan tumbuh dari US$34 miliar atau Rp498,6 triliun pada 2020 menjadi US$54 miliar atau Rp768,9 triliun pada 2021, serta diperkirakan naik menjadi US$104 miliar atau Rp1.481 triliun.
Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf mengaku penambahan 21 juta konsumen digital baru sejak awal pandemi mendorong pertumbuhan besar di sektor e-commerce, dengan 72 persen di antaranya berasal dari wilayah non-kota besar.
"Poin kedua, lebih banyak orang yang menggunakan lebih banyak layanan. Sebelum pandemi, setiap orang menggunakan jasa internet rata-rata sebanyak 4.8 atau 5 layanan, tapi setelah lebih dari 8 (layanan)," ujar dia, ketika virtual media briefing, Rabu, 17 November 2021.
Sementara itu, sektor transportasi dan makanan tumbuh 36 persen dari US$5,1 miliar atau Rp72,6 triliun pada 2020 menjadi US$6,9 miliar atau Rp98,2 trilun pada 2021, dan diperkirakan akan mencapai US$16,8 miliar atau Rp239,2 triliun hingga 2025.
Adapun sektor media online tumbuh 48 persen dari US$4,3 miliar atau Rp61,2 triliun pada 2020 menjadi US$6,4 miliar atau Rp91,1 triliun, dan diperkirakan tumbuh menjadi US$15,8 miliar atau Rp224,9 triliun hingga 2025.
Di Indonesia, meskipun sektor perjalanan online cukup lambat untuk pulih, sektor ini mencatatkan pertumbuhan 29 persen, dari GMV sebesar US$2,6 miliar atau Rp37 triliun pada 2020 menjadi US$3,4 miliar atau Rp48,4 triliun pada 2021.
Sektor ini diperkirakan pulih dalam jangka menengah hingga panjang, dan diprediksi tumbuh US$9,7 miliar atau Rp138 trilun. Laporan tersebut juga menyoroti bahwa kawasan Asia Tenggara sedang bergerak menuju perekonomian digital senilai US$1 triliun atau Rp14.242 triliun yang dipimpin oleh sektor e-commerce dan toserba online.