Lebih dari Sekadar Ibadah: Kurban Jadi Gaya Hidup Berbagi, Atasi Ketimpangan Gizi di Seluruh Indonesia

Berbagi daging kurban
Sumber :
  • Dompet Dhuafa

Jakarta, VIVA –  Saat Iduladha, Indonesia sebagai salah satu negara dengan populasi umat Islam terbesar di dunia, kompak menunaikan ibadah kurban dengan menyembelih hewan ternak pada tanggal 10 Zulhijah dan tiga hari setelahnya (Hari Tasyrik). Umumnya, masyarakat Indonesia menyembelih hewan ternak seperti kambing, sapi, dan domba, yang kemudian dibagikan kepada para duafa.

Antrean Haji Nasional Mau Diatur Sekitar 26-27 tahun

Selain untuk menunaikan ibadah, ritual ini juga dapat menjadi sarana berbagi terhadap sesama dan berpeluang memeratakan peningkatan gizi bagi masyarakat yang membutuhkan.

Sayangnya, momentum sukacita tersebut tak dirasakan oleh penduduk Indonesia dengan merata. Beberapa daerah di Indonesia justru mengalami defisit daging kurban. Hal ini disebabkan kemiskinan dan distribusi daging yang tidak merata.

Massa Demo Kementerian Haji Umroh, Ternyata Ini Penyebabnya

Haryo Mojopahit, peneliti sekaligus Direktur Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), menyampaikan bahwa penyebab defisit daging kurban pada daerah memiliki karakteristik tertentu.

Di Pulau Jawa sendiri, penyebab utamanya defisit daging adalah kemiskinan yang tinggi, sehingga para penduduk tak mampu berkurban. Berbeda dengan daerah luar Pulau Jawa yang cenderung disebabkan oleh kondisi geografi, yakni terisolasi dan tertinggal sehingga sulit untuk diakses.

Rania Almutamayizah Dorong Inovasi Perjalanan Ibadah

Hasil penelitian IDEAS menunjukkan kawasan seperti Grobogan, Blora, Rembang, Pati, Kudus, Jepara dan Demak di Jawa Tengah mengalami defisit daging kurban hingga 2.623 Ton pada 2024 lalu. Kawasan Pulau Madura, Jawa Timur, menyentuh angka defisit sebanyak 2.484 Ton. Kemudian Jombang, Nganjuk, Madiun, Ngawi, Bojonegoro, Mojokerto, dan Kediri di Jawa Timur, menyentuh angka defisit sebanyak 1.849 Ton.

Masyarakat pada daerah-daerah yang telah disebutkan, seperti Kabupaten Ngawi, rerata penduduknya mengkonsumsi daging hanya 0,01 kg/kapita/tahun. Kemudian Kabupaten Pandeglang sebanyak 0,06 kg/kapita/tahun dan Kabupaten Magelang sebanyak 0,18 kg/kapita/tahun.

Di luar Pulau Jawa sendiri, daerah yang memiliki akses terbatas untuk menerima distribusi daging kurban seperti Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat dengan rerata konsumsi daging sebanyak 0,08 kg/kapita/tahun; Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah sebanyak 0,16 kg/kapita/tahun; hingga Kabupaten Halmahera Utara dan Kabupaten Seram Bagian Barat, di Maluku yang masing-masing hanya menyentuh angka 0,01 kg/kapita/tahun dan 0,11 kg/kapita/tahun.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya