SOROT 532

2018, Tahun Apes Facebook dan Duel Ojek Online

Sorot 532 Digital
Sumber :
  • VIVA

VIVA – Desember 2018 segera berakhir. Tahun Baru 2019 akan menjelang. Sepanjang tahun ini, banyak sekali peristiwa besar dan bersejarah yang terjadi. Dua isu hangat mengemuka di sektor Digital, yaitu bobolnya data pribadi pengguna media sosial, serta perang tarif Gojek dan Grab.

Modus Baru Penipuan di Jakarta Barat: 2 Polisi Gadungan Tipu Jual Beli Motor via Facebook

Pertama, kita bahas soal kebocoran data pribadi pengguna. Di sini, Facebook menjadi aktor utama. Tak tanggung-tanggung, media sosial sebesar Facebook begitu ceroboh sampai-sampai 50 juta data pribadi pengguna tersebar kemana-mana.

Tak pelak, Facebook menjadi bulan-bulanan sejumlah negara dan makanan empuk pemberitaan media, terutama di Indonesia. Dimulai dengan terbongkarnya kejahatan yang dilakukan perusahaan analisa data dan konsultan politik Cambridge Analytica yang membocorkan data pengguna Facebook untuk kepentingan politik Amerika Serikat.

Pakai Facebook? Tips Nomor 4 Sering Diabaikan Padahal bisa Selamatkan Akun dari Pembobolan

sorot facebook - Kantor Facebook Indonesia, di Gedung Capital Place Lantai 49, Gatot Subroto, Jakarta Selatan.

Kantor Facebook di Indonesia

5 Fakta Mengejutkan di Balik Penelusuran Grup FB Konten Inses “Fantasi Sedarah” oleh Bareskrim Polri

Berawal dari cuitan Christopher Wylie, pada akhir Maret 2018, yang berani membongkar skandal Facebook dan Cambridge Analytica terkait bocornya 50 juta data pribadi pengguna media sosial milik Mark Zuckerberg itu.

Wylie menumpahkan kegundahan hatinya kepada harian The Observer asal Inggris dan The New York Times dari AS bahwa Cambridge Analytica menyalahgunakan informasi pribadi dari 50 juta data pribadi pengguna Facebook tanpa sepengetahuan mereka lewat 'kuis kepribadian' dengan aplikasi pihak ketiga bernama "thisisyourdigitallife".

Aplikasi ini berupa tes kepribadian untuk pengguna Facebook melalui Global Science Research. Wylie, yang keluar dari Cambridge Analytica pada 2014, mengaku khawatir atas dugaan penyalahgunaan data-data itu saat Pemilu Presiden AS 2016. Karena kemungkinan digunakan untuk iklan kampanye dengan sasaran para pemilih yang profil maupun preferensi politik mereka sudah diketahui sebelumnya.

#DeleteFacebook

Fakta tersebut langsung bikin geger. Cara itu tentu saja tidak bisa dibenarkan. “Sebagai warga negara harus berkewajiban melaporan aktivitas yang melanggar hukum,” kata Wyle, seperti yang dikutip ABC News. Pria kelahiran Kanada 28 tahun silam ini, bekerja sebagai ahli analisa data lulusan London School of Economics.

Menurut sejumlah orang yang mengenalnya, Wylie adalah sosok yang cerdas, lucu, dan jago bercerita. Ia bergabung dengan Cambridge Analytica pada Juni 2013. Kesaksian Wylie ini lah yang membuat Facebook lagi-lagi menjadi pusat perhatian dunia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya