Stok Mobil Numpuk di Diler Hingga Diskon Besar-besaran Bikin Saham BYD Anjlok
- Carnewschina
VIVA – Target ambisius BYD terhadap penjualannya sepanjang 2025 di Tiongkok membuat pabrikan harus mengirimkan unit dalam jumlah banyak ke jaringan diler mereka, sehingga terjadi penumpukan di gudang.
Untuk mengurangi penumpukan unit tersebut, jaringan diler BYD memberikan diskon besar-besaran agar terjual lebih cepat. Atas dasar itulah, perang harga terjadi antar brand dan membuat saham BYD anjlok.
Mobil listrik BYD Seagull di Shanghai Auto Show 2025
- VIVA.co.id/Muhammad Indra Nugraha
Melansir cnevpost, saham BYD yang diperdagangkan di Hong Kong turun 6,53 persen menjadi 434,8 dolar Hong Kong. Sedangkan di Shenzhen turun 3,89 persen menjadi 389,25 yuan, pada Senin 26 Mei, kemarin pagi.
Jaringan diler mereka mengumumkan potongan harga tersebut melalui Weibo, bahwa untuk BYD Dynasty series dan Ocean diganjar diskon besar-besaran dalam waktu yang sudah ditentukan.
Untuk Seagull seri Ocean misalnya yang dibanderol mulai 55.800 yuan, atau setara Rp125,874 juta. Padahal dalam kondisi normal mobil listrik berdimensi kompak itu harganya 69.800 yuan atau Rp157,455 juta.
Artinya potongan harga yang diberikan mencapai 14.000 yuan atau Rp31.581 juta, dan berlaku sampai 30 Juni.
Kemudian BYD Dyansty Qin Plus DM-i dari harga 79.800 yuan atau Rp180,011 juta menjadi 63.800 yuan atau Rp143,918 juta, atau diberikan diskon sebesar Rp36,087 juta.
Potongan harga tersebut belum termasuk subsidi yang diberikan pemerintah untuk mobil ramah lingkungan, sehingga banderolnya lebih lebih murah dari itu.
Diskon itu diberikan untuk mengurangi stok unit yang menumpuk. Karena menurut data dari tim analis Wang Bin per 24 Mei, dalam waktu empat bulan pertama di tahun ini persediaan diler BYD meningkat sekitar 150 ribu unit.
“Berdasarkan pemeriksaan dealer kami, persediaan BYD di tingkat dealer saat ini mencapai 3-4 bulan, kemungkinan merupakan tingkat maksimum yang dapat ditanggung dealer,” tulis Deutsche Bank.
Peningkatan inventaris dealer sebagian besar disebabkan oleh target penjualan BYD yang ambisius, yaitu mencapai 5,5 juta unit sampai akhir 2025, yang mewakili peningkatan 30 persen dari tahun ke tahun menurut laporan Deutsche Bank.
Masih menurut sumber yang sama, padahal pertumbuhan volume ritel BYD dalam empat bulan pertama hanya 15 persen tahun ke tahun.
Akibat diskon besar-besaran yang diberikan BYD dapat menyebabkan persaingan harga lebih lanjut, dan memicu brand lain yang menjadi pesaingnya untuk mengikuti.