Menggapai Kemabruran Haji
- Dok. Media Center Haji 2018
Dengan kata lain, wukuf telah sah walau sejenak, karena sejenak pada saat datangnya anugerah Allah itu, bila dimanfaatkan dengan baik, sudah cukup untuk mengubah hidup menjadi jauh lebih baik.
Karena di padang Arafah itulah, Allah menyiapkan situasi dan kondisi dari sebuah kejadian besar yang akan dialami oleh seluruh umat manusia setelah dibangkitkan dari kematian pada hari kiamat nanti, yakni dikumpulkan di padang Mahsyar.
Semua amal ibadah umat manusia selama di dunia akan dipertanggungjawabkan. Wukuf di padang Arafah merupakan refleksi manusia akan hari kebangkitan itu.Â
"Maka manfaatkan waktu wukuf itu untuk berdoa, merenung, muhasabah diri. Karena di situ waktu yang paling mustajab kita berdoa, memasrahkan diri, muhasabah menjadi pribadi yang lebih baik," kata Konsultan Ibadah PPIH Mekah, KH Masrur Ainun Najih.
Di luar ritual normal jemaah haji wukuf di Arafah, ada sebagian jemaah yang karena keterbatasan fisik, pertimbangan kondisi kesehatan, atau yang meninggal dunia, maka mereka akan disafariwukufkan atau dibadahlhajikan.
Dalam hal ini, panitia haji telah menyiapkan sejumlah petugas haji yang akan membadalhajikan jemaah yang meninggal dunia atau sakit kronis, serta mengupayakan transportasi khusus untuk mengangkut jemaah haji sakit agar bisa disafariwukufkan di Arafah pada 9 Zulhijjah.
"Dalam keadaan bagaimanapun seseorang sudah berada di Arafah, sudah dianggap cukup. Baik dengan berdiri, duduk, berkendara, disafarikan, tidur atau jaga, bahkan tahu atau tidak tahu jika ini Arafah, semuanya tetap sah (hajinya)," kata Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Ulum, Denanyar, Jombang, KH Ahmad Wazir kepada tim MCH.
Kesalehan Sosial
Ibadah haji tak semata ritual fisik, pergerakan orang dari satu tempat ke tempat lain, berdiam diri dan berdoa. Lebih dari itu, proses ibadah haji yang tengah dilakukan umat Islam dari penjuru dunia ini punya makna luhur sebagai refleksi kepasrahan Nabi Ibrahim dan keluarganya, atas perintah Allah.
Ketika Nabi Ibrahim diperintah Allah melalui mimpi untuk menyembelih Ismail, anak semata wayangnya dari istrinya Siti Hajar. Saat perjalanan Ibrahim dan keluarganya dari Mekah menuju Arafah. Mimpi itu datang berturut-turut selama tiga malam, yaitu saat di Mina, dan dua malam di Arafah.