Menggapai Kemabruran Haji

Ibadah wukuf Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin 2018
Sumber :
  • Dok. Media Center Haji 2018

Sempat ragu akan mimpi tersebut, di Arafah itulah Nabi Ibrahim melakukan perenungan (wukuf) sambil memohon petunjuk Allah. Beliau berkontemplasi, berzikir, dan berdoa sepanjang siang hari (9 Zulhijah) hingga menjelang matahari tenggelam (masuk 10 Zulhijah).

Targetkan Pengelolaan Dana Haji Tumbuh Jadi Rp 188,9 Triliun Tahun Ini, Intip Fokus Investasi BPKH

Di Arafah itulah Nabi Ibrahim mendapat keyakinan bahwa perintah menyembelih Ismail adalah perintah Allah dan ujian bagi kesabaran Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. Pada 10 Zulhijah, Nabi Ibrahim melaksanakan perintah dengan menyembelih Ismail, yang kemudian atas kuasa Allah, digantinya Ismail dengan seekor domba gibas.

Tanggal 10 Dzulhijah itulah yang kemudian dikenal sebagai Hari Nahar alias Hari Berkorban. Pada hari ini, umat Islam disyariatkan menyembelih hewan kurban, sebagai gambaran dari kepasrahan dan kesalehan Ibrahim atas perintah Allah.

Datangi KPK, Masyarakat Pemerhati Haji Laporkan Dugaan Maladministrasi dan Monopoli Haji

Sekelumit kisah Nabi Ibrahim itu menjadi bagian penting dari perjalanan ibadah haji. Tentu, tujuannya bukan mencari titel 'haji' tapi menjadikan manusia mabrur, saleh secara individu dan sosial.

Jemaah haji melaksana wukuf di Arafah.

Pemerintah Wanti-wanti Masyarakat Tak Tergiur Tawaran Berhaji Tanpa Antre

Wakil Amirul Hajj, M Busyro Muqoddas mengajak para jemaah haji untuk memantapkan niat dalam melaksanakan proses ibadah haji sesuai dengan syariat tuntunan agama. Dengan begitu, jemaah bisa melakukan semua proses ibadah dengan penuh ketulusan dan keikhlasan. 

Di samping esensi haji secara personal yakni menjadi mabrur individual, Ketua PP Muhammadiyah itu mengajak jemaah juga bisa menjadi haji mabrur secara sosial kemasyarakatan, yang bisa dikembangkan baik dalam aspek kesehatan, politik, ekonomi yang ramah yang jujur berdasarkan prinsip-prinsip kemanusiaan. 

"Nah, itu pengertian-pengertian mabrur secara sosial itu menjadi sangat penting, ketika Indonesia sedang butuh ketulusan-ketulusan, keikhlasan-keikhlasan sosial, kejujuran sosial yang bisa dikembangkan oleh jemaah haji," kata Busyro Muqoddas di Mekah.

Menurutnya, ketika 231.000 jemaah haji bisa mengembangkan kemabruran hajinya pada aspek yang lebih luas, secara sosial, hukum dan ekonomi, dampaknya akan sangat positif. "Bayangkan saja dampaknya kalau jemaah haji setiap tahun 231.000 bisa mengembangkan mabrur secara sosial secara hukum secara ekonomi," ujarnya.

KH Ahmad Wazir, Konsultan Ibadah PPIH Mekah yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Ulum, Denayar, Jombang, mengatakan ibadah haji dan umrah, termasuk ibadah yang agung dan mulia. Keduanya bisa punya dampak yang sangat jelas dalam mereformasi aspek hati seorang hamba.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya