Menggapai Kemabruran Haji
- Dok. Media Center Haji 2018
Ibadah haji mampu menginternalisasi diri, berupa perasaan Tauhidullah (mengesakan Allah), menyadari betapa kebesaran Allah, yan pada akhirnya akan mencintai-Nya (mahabbah) dan  merindukan Allah.Â
"Sehingga dalam kehidupan kita sehari-hari, tentunya harus tunduk, pasrah, penuh kesabaran serta tawakkal dalam perjalanan akhirat kita (suluk), kesemuanya itu telah disimbolisasikan dalam ritual haji," kata Kiai Wazir.
Melalui haji, Allah memerintahkan para tamu-tamunya (dhuyufurrahman) untuk mempersiapkan bekal. Menurut Kiai Wazir, para sufi mengartikulasikan bekal disini menjadi dua. Materi dan spiritual.
Bekal material tergambar dalam bekal fisik seperti BPIH, harta benda dan keperluan zahir bagi jemaah dan keluarga yang ditinggalkan. Sedangkan bekal spiritual adalah takwa. Sesuatu yang menyebabkan hajinya diterima Allah, dan terampuni dosa-dosa bagaikan bayi yang baru lahir dari rahim ibu.
"Inilah inti spiritualitas haji yang bisa menghantarkan kemabruran kita, dan sekaligus pahala berlipat kita. Alhajjul mabrur laisa lahu jaza' illa aljannah (Tidak ada balasan bagi mereka yang hajinya mabrur, kecuali dimasukan ke dalam surga)." [mus]Â
