Candu Game Online Bikin Celaka

Ilustrasi bermain game online.
Sumber :
  • Pixabay

Menurut Ferlita Sari, adiksi bisa parah. Ia mencontohkan kasus yang terjadi pada anak temannya yang baru berusia 7 tahun dan sudah kecanduan game online yang dimainkan melalui ponsel. Anak tersebut menjadi sangat agresif kalau dilarang main game. Bangun tidur, begitu melek, langsung menanyakan handphone. Anak itu bahkan bisa memukul dan menyakiti ibunya. 

Dua Remaja Bekasi Alami Gangguan Jiwa Akibat Kecanduan HP

"Nanti kalau sudah memukul ibunya, ibunya nangis, dia menyesal, dan bilang sayang sama ibunya. Tapi setelah itu seperti enggak bisa mengatasi keinginannya memegang gadget, dalam hal ini main game.  Kadang merusak barang kalau enggak diberi gadget. Akhirnya kan ibunya enggak kuat juga, dikasih lah gadget lagi. Begitu seterusnya," tutur Ferli. 

Ferlita menjelaskan, gangguan kejiwaan banyak ragamnya. Mulai dari yang ringan, yaitu stress, murung sampai depresi, sampai yang berat di mana orang sulit memisahkan antara realita dengan imajinasi. Anak-anak, ujar Ferlita, juga bisa stress. Dan stress bisa disebabkan oleh apa pun. Kalau sudah sampai adiksi berarti sudah berpengaruh ke neurotransmitter di otak, yaitu terjadi ketidakseimbangan senyawa kimia (neurotransmitter ) di otak.

Melihat Iwan, Penderita Gangguan Jiwa karena Kecanduan Game

Ia mengakui, kehadiran teknologi memang memudahkan. Tapi ada fungsi emosional dan sosial yang tak bisa tergantikan oleh teknologi.
Kebutuhan sosial, kebutuhan emosional harus dipenuhi dan teknologi tidak dapat menggantikannya.

Ferlita menduga, game yang kini semakin seru bisa menjadi penyebab mengapa sekarang banyak orang yang semakin kecanduan. Kondisi itu juga dipengaruhi usia menggunakan gadget yang semakin muda. Banyak orang tua yang akhirnya memberikan anak-anak mereka ponsel yang canggih karena tekanan sosial. Apalagi sekarang tuntutan menggunakan gadget buat orang tua juga makin tinggi. Nyaris semua sekolah dalam berbagai level kini memiliki group percakapan. 

Duh, Anak Racuni Orang Tuanya Gara-gara Matikan WiFi

Praktisi tersertifikat untuk Points of You ini, mengatakan penggunaan gadget yang berlebihan saat ini terjadi karena interaksi faktor eksternal dan internal. Jarak ortu anak semakin jauh, makin sedikit waktu bertemu. Tuntutan sekolah utk menggunakan gadget semakin besar. Arus informasi di grup WA membuat orang merasa harus terus lihat gadget. FOMO (fear of missing out) atau takut ketinggalan berita, karena nanti dibilang enggak update.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya