Setya Novanto: Dihantam Kiri-kanan, Kini Jadi Ketua Golkar
- VIVA.co.id/Ezra Natalyn
VIVA.co.id – Selasa pagi, 17 Mei 2016, Setya Novanto resmi terpilih menjadi Ketua Umum DPP Partai Golkar, meneruskan kepemimpinan Aburizal Bakrie (ARB). Mantan Ketua DPR itu mengatakan cukup terkejut saat perolehan suaranya jauh melampaui rival-rivalnya. Bagi Setya, ini adalah hasil dari kerja keras selama tiga bulan.Â
Untuk kepemimpinan selama tiga tahun nanti, Setya sudah mulai menyusun rencana agar Partai Golkar meraih kembali kejayaan yang pernah dirasakan sebelumnya. Setya bahkan tak menampik telah memiliki ancang-ancang mendukung calon presiden pada Pemilu 2019. Tak lain adalah Presiden Joko Widodo sendiri.
Menjelang gelap pada Selasa itu, Setya ditemui dengan tetap berpenampilan rapi, mengenakan kemeja kuning khas Golkar dengan label nama di dada, Setya Novanto. Pewarta mewawancarainya saat berada di penginapan mewah, Mansion Villa, Kawasan The Mulia Hotel & Villas, Nusa Dua, Bali.Â
Dalam wawancara terbatas media kepada VIVA.co.id dan tiga media lainnya, Setya Novanto bercerita pula soal isu negatif terkait dirinya yang dia sebut terlalu dibesar-besarkan. Berikut kutipan wawancaranya.
Sudah dihubungi Menkopolhukam Luhut Pandjaitan setelah terpilih?
Ya, Pak Luhut kan teman. Beliau sahabat yang luar biasa.
Berapa lama sudah mengenal Luhut Pandjaitan?
Sudah puluhan tahun. Sejak Beliau jadi duta besar (dubes). Dubes Singapura, 13 tahun lalu kan. Jadi dubes terus jadi Menteri Perindustrian, terus Beliau jadi pengusaha, jadi legislatif.
Bagaimana ucapan selamatnya?
Ya mengucapkan selamat karena dengan suatu perjuangan yang luar biasa karena ini kan calon semuanya mempunyai visi dan misi yang bagus sekali memberikan pemikiran-pemikiran yang luar biasa terhadap Partai Golkar dan juga kepentingan-kepentingan negara. Itu saya lihat mulai dari acara di TV mulai debat sampai kepada masalah-masalah (yang dibicarakan), itu bagus sekali. Â
Rasanya bagaimana waktu penghitungan tiba-tiba suara Anda makin unggul?
Ya di luar dugaan saya juga. Semua kan suatu proses yang panjang. Mungkin karena saya keliling ke daerah tingkat satu sampai tingkat dua di 34 provinsi selama 3 bulan. Itu dengan keliling itu akhirnya mendapat masukan-masukan yang sangat berharga yang banyak belum mengetahui bahwa masih banyak masalah dan kesulitan pada saat ini dan strukturnya kebanyakan yang di daerah itu sudah harus disempurnakan. Dengan keadaan itu tentu saya sangat bersyukur karena bisa mendekatkan pada kabupaten dan provinsi sehingga tahu keluhan tahu masalahnya. Sekarang tinggal bagaimana mengatasinya selama 3 tahun setengah.