Saya Poligami Justru Melindungi Harkat dan Martabat Perempuan

Lora Fadil
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

Soal pilihan Anda menikahi perempuan yang masih muda dan cantik, itu dianggap bertentangan dengan sunnah Rasul dalam hal poligami?
Saya jelaskan. Pertama, tidak semua istri nabi berusia tua. Ada juga istri nabi yang masih muda. Kedua, soal janda. Kalau hanya ingin menafkahi, tak perlu saya nikahi. Saya banyak menyantuni janda-janda yang sudah tua, bahkan ada yang saya umrohkan. Tapi, kan tak harus saya nikahi. Kalau saya hanya nikahi mereka, tanpa saya beri nafkah batin, apakah itu tak menjadi dosa bagi saya? Bagaimana saya mau memberi nafkah batin jika saya tak bisa memiliki nafsu ke mereka. Dan bukankah mereka yang sudah tua biasanya juga sudah menopause, bisa jadi sudah tak tertarik dengan urusan laki-laki. Padahal, dalam pernikahan, ada kewajiban memberi nafkah lahir dan nafkah batin, dan itu wajib. Jadi ini yang salah di persepsi masyarakat. Dalam tuntutan agama, untuk menikah, nabi mengajarkan tiga hal. Carilah yang cantik, carilah perempuan yang kaya, dan dari keturunan baik-baik. Tak ada nabi mengajarkan untuk menikahi janda tua. 

Tapi, nabi sendiri berpoligami dengan menikahi yang lebih tua?
Nabi mencontohkan, tapi itu sunnah, tak ada kewajiban untuk diikuti. Dilakukan berpahala, tak dilakukan tak berdosa. Kalau kita berpegangan pada sunnah rasul secara mutlak, maka saat ini kita jangan naik mobil, kita naik unta. Karena nabi selalu naik unta. Jadi kehidupan nabi itu sunnah, diikuti berpahala, jika tak diikuti tak berdosa. Ini yang salah di persepsi masyarakat.
Kembali ke pernikahan saya. Dalam pernikahan wajib memberi nafkah lahir batin. Jika tidak saya lakukan, maka saya berdosa. Memberi kecukupan sandang pangan, ekonomi dan kebutuhan biologis istri adalah kewajiban suami. Kalau itu tak terpenuhi, maka saya berdosa sebagai suami? Padahal, kita maunya dapat pahala. Ini analoginya seperti kalau pergi haji, ingin mencium Hajar Aswad. Mencium Hajar Aswad adalah sunnah. Tapi, kita sikut sana, sikut sini, untuk mendapatkan sunnah itu. Padahal, menyakiti orang lain adalah dosa. Kita sakiti orang lain, demi mengejar sunnah. Kan aneh. Nah, pemahaman-pemahaman seperti ini yang harus kita ubah.