Solidaritas Muslim yang Terkikis di Turkistan Timur
- ilna.ir
Selama beberapa dekade, Islamabad telah menyelaraskan dirinya lebih dekat dengan Beijing, menjadi "sekutu segala cuaca", menyerahkan pengungsi Uyghur ke Tiongkok dan mendukung kebijakan kolonial dan genosida RRC yang menindas. Setelah peluncuran kampanye genosida yang sedang berlangsung, Pakistan telah berulang kali mendukung kampanye genosida Tiongkok, menggemakan propaganda Tiongkok dan memuji genosida Tiongkok di Turkistan Timur sebagai "pencapaian luar biasa di bidang hak asasi manusia" dan "anti-terorisme."
Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC) semakin menggambarkan keterlibatan Islamabad. Proyek infrastruktur ini, yang menghubungkan Kashgar di Turkistan Timur dengan Gwadar di Balochistan, merupakan jalur pipa kolonial yang memungkinkan Beijing untuk mengeksploitasi sumber daya Turkistan Timur sambil memperkuat pendudukannya dan memperluas pengaruh Beijing di seluruh Asia Selatan. Minggu lalu, Pakistan dan China mengumumkan rencana untuk memperluas CPEC, yang menunjukkan prioritasnya pada hubungan ekonomi dengan Beijing di atas tanggung jawab dan kewajiban Islamnya kepada sesama Muslim di Turkistan Timur.
Pengkhianatan oleh Turki dan Pakistan ini menjadi preseden yang berbahaya. Sebagai dua negara mayoritas Muslim terkemuka, tindakan mereka menjadi model bagi negara-negara Muslim lainnya untuk mengadopsi kebijakan serupa, yaitu berdiam diri dan terlibat. Negara-negara yang mungkin sebelumnya mendukung Turkistan Timur kini mengikuti jejak Ankara dan Islamabad, yang memprioritaskan keuntungan ekonomi di atas kewajiban Islam mereka terhadap sesama Muslim di Turkistan Timur yang diduduki. Efek domino ini menciptakan normalisasi yang mengkhawatirkan dengan mengabaikan Muslim Turkistan Timur yang tertindas demi keuntungan politik dan finansial.
Kemunafikan Turki dan Pakistan menjadi lebih jelas jika dibandingkan dengan tanggapan India terhadap kampanye penjajahan dan pendudukan Tiongkok di Tibet. India, negara yang sebagian besar beragama Hindu, telah, sejak tahun 1950-an, menyediakan perlindungan bagi warga Tibet yang melarikan diri dari pendudukan Tiongkok, menampung Pemerintah Tibet di Pengasingan di Dharamsala dan memperjuangkan tujuan mereka.
Ilustrasi biksu Tibet.
- Daily Mail
Sementara itu, Turki dan Pakistan, meskipun mengklaim membela Islam, telah memihak rezim paling anti-Islam dalam sejarah. Tindakan mereka menyingkapkan kekosongan retorika dan kebangkrutan moral mereka.
Orang-orang Turkistan Timur tidak mencari belas kasihan; mereka menuntut tindakan. Perjuangan Turkistan Timur merupakan ujian lakmus bagi komitmen dunia terhadap keadilan dan martabat manusia dan, yang sama pentingnya, merupakan ujian lakmus bagi komitmen dunia Islam, khususnya Turki dan Pakistan, terhadap keyakinan mereka sendiri.