Lawan Arus! Bank Sentral Tiongkok Tahan Suku Bunga Pinjaman saat Dunia Gencar Kasih Stimulus

Bank Sentral Tiongkok (PBOC)
Sumber :
  • CNBC Internasional

Jakarta, VIVA – Bank sental Tiongkok (PBOC) resmi menahan suku bunga pinjaman (Loan Prime Rate/LPR) pada Senin, 22 September 2025. Keputusan pemerintah Beijing bertentangan dengan kebijakan yang diambil bank sentral Amerika Serikat, The Fed, maupun Bank Indonesia (BI) yang kompak menurunkan suku bunga acuan. 

Taiwan Gunakan Chip sebagai Senjata Diplomasi Hadapi Tekanan Tiongkok

PBOC mempertahankan suku bunga acuan pinjaman  satu tahun di level 3,0 persen sementara suku bunga acuan lima tahun sebesar 3,5 persen. Keputusan mempertahankan suku bunga ini sudah berlangsung selama empat bulan berturut-turut. 

Bank sentral terakhir kali memangkas suku bunga pinjaman utama sebesar 10 basis poin (bps) pada Mei 2025 yang merupakan upaya Pemerintah Beijing untuk menopang ekonomi dalam negeri. Keputusan PBOC sejalan dengan ekpektasi para ekonom yang menilai otoritas Tiongkok akan menunda langkah-langkah stimulus besar di tengah reli pasar saham baru-baru ini meski sejumlah data ekonomi menunjukkan tanda-tanda perkoenomian lesu.

Suku Bunga Turun, Harga Bitcoin Melorot: Simak Analisis Mengejutkannya

“Fokus Beijing telah bergeser dari manajemen risiko ke stimulasi pertumbuhan, beralih dari menoleransi deflasi ke reflashing ekonomi,” kata Mitra pengelola dan CIO di Lotus Asset Management, Hong Hao, dikutip dari CNBC Internasional pada Senin, 22 September 2025.

Ekonomi China melalui geliat pembangunan di Kota Beijing

Photo :
  • AP Photo/Andy Wong
Bertemu Rektor BLCU, Ibas Dorong Pendirian Pusat Studi Indonesia di Tiongkok

Ekspor negara ekonomi terbesar kedua itu juga melambat menjadi 4,4 persen pada Agustus 2025. Angka tersebut menjadi pertumbuhan terendah sejak Februari 2025 imbas pengiriman berkurang dan kebijakan perdagangan AS yang menargetkan transshipment membebani ekspor ke negara ketiga.

Tim ekonom Barclays menyoroti perekonomian negara pada kuartal III-2025 memburuk seiring kemerosotan sektor properti di mana hampir semua indikator perumahan merosot. Keadaan diperparah oleh minimnya stimulus fiskal dan tindakan keras terhadap kelebihan kapasitas yang menghambat produksi industri.

Barclays memperkirakan PDB Tiongkok akan tumbuh 4,5 persen pada tahun 2025. Alasannya perlambatan yang lebih tajam dari perkiraan walaupun pemerintah akan memberikan dukungan kebijakan pada akhir tahun.

Menurut Hao, Tiongkok harus menghentikan akumulasi aset yang tidak efisien lantaran sudah mencapai titik terendah akibat utang serta. Ia juga mengatakan, pemerintah Beijing seyogyanya mengurangi investasi yang tidak produktif.

Pasar memperkirakan PBOC akan memangkas suku bunga repo terbalik tujuh hari dan suku bunga pinjaman utama sebesar 10 bps pada kuartal IV-2025. Selain itu, pengurangan 50 bps dalam rasio persyaratan cadangan.

Ekonomi negara tirai bambu memburuk pada Agustus 2025 di mana indikator utama yang tidak memenuhi ekspektasi. Penjualan ritel melambat menjadi 3,4 persen dan output industri melemah 5,2 persen yang merupakan level terlemahnya sejak Agustus 2024.

Inflasi Tiongok juga gagal memenuhi harapan pasar. Deflasi pada harga grosir terus terjadi selama hampir tiga tahun. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya