Sejumlah Negara Mundur dari Proyek Belt Road Initiative China, Apa Masalahnya?

Bendera China.
Sumber :
  • AI

VIVA – Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI) milik China kini menghadapi kemunduran setelah banyak negara memilih mundur atau mengurangi partisipasi mereka. Penyebab utamanya adalah kekhawatiran terhadap kedaulatan, keberlanjutan utang, risiko pengawasan, serta ketergantungan berlebihan pada Beijing.

NVidia Butuh China

Yang cukup mengejutkan, bahkan negara-negara sekutu seperti Pakistan dan Myanmar pun mulai mengevaluasi ulang keterlibatan mereka—sebuah pukulan besar bagi megaproyek yang selama ini menjadi alat China untuk mengejar kepentingan politik, ekonomi, dan militer.

Seperti dilansir Daily Mirror, Rabu 9 Juli 2025, Panama menjadi negara terbaru yang secara resmi keluar dari BRI, setelah mengirimkan pemberitahuan 90 hari sesuai prosedur.

China Borong Lebih dari Separuh Mobil Listrik Dunia

Sebagai negara Amerika Latin pertama yang bergabung dengan BRI pada 2017, Panama mulai mempertanyakan manfaat yang diperoleh dari kerja sama tersebut. “Apa sebenarnya yang sudah diberikan BRI kepada Panama selama ini?” tanya Presiden José Raúl Mulino.

Peta Jalur Sutra dan Jalur Sutra Maritim China

Photo :
  • Xinhua
Bursa Asia Dibuka Fluktuatif Jelang Rilis Data Ekonomi Penting dari China

Keluarnya Panama berarti China kehilangan akses yang lebih mudah ke Terusan Panama—salah satu jalur perdagangan maritim paling penting di dunia—serta kehilangan pijakan strategis di belahan Bumi Barat yang dekat dengan Amerika Serikat. Meski Beijing menyatakan penyesalan dan meminta Panama mempertimbangkan kembali keputusannya, para pejabat China tidak mampu menunjukkan bukti nyata manfaat BRI yang sudah diterima Panama.

Brasil, sebagai ekonomi terbesar di Amerika Latin, sejak awal menolak bergabung dengan BRI meski terus dibujuk oleh China. Celso Amorim, Penasihat Khusus Presiden Brasil untuk Urusan Internasional, menyatakan bahwa Brasil tidak ingin menjadikan BRI sebagai “polis asuransi” dan menolak menandatangani perjanjian apa pun.

Brasil kini menjadi anggota BRICS kedua setelah India yang menolak BRI—sebuah langkah yang menurut sejumlah analis mungkin menjadi alasan mengapa Presiden Xi Jinping absen dalam KTT BRICS terakhir di Rio de Janeiro.

Italia sempat menjadi negara G7 pertama yang bergabung dalam BRI pada 2019, namun kini juga telah menarik diri. Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, yang sejak awal memang menjadi pengkritik keras BRI dan menyebut keputusan bergabung sebagai “kesalahan serius”, memimpin langsung proses keluarnya Italia setelah menilai negaranya tidak mendapat keuntungan ekonomi yang signifikan, sementara China justru memperoleh pengaruh politik. Menteri Pertahanan Italia, Guido Crosetto, bahkan menyebut bergabung dalam BRI sebagai “tindakan gegabah dan mengerikan.”

Uni Eropa secara umum bersikap hati-hati terhadap BRI dan menganggap proyek ini sebagai alat China untuk memperluas pengaruh politik, industri, dan militernya. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen memperingatkan bahwa Partai Komunis China ingin mengubah tatanan dunia secara sistematis dengan menjadikan China sebagai pusatnya, dan BRI disebut sebagai bagian dari strategi tersebut.

Di kawasan Asia, Filipina telah menghentikan keterlibatannya dalam proyek-proyek BRI sejak 2023 karena alasan keamanan, ekonomi, dan geopolitik. Para pengkritik menyebutkan bahwa syarat pinjaman dari China tidak menguntungkan, komitmen pendanaan dari pihak China lemah, dan ada kekhawatiran akan utang yang tidak berkelanjutan.

“Keputusan ini kemungkinan besar dilatarbelakangi oleh kekhawatiran terhadap keberlanjutan dan ketidaksiapan Beijing untuk bersikap sebagai tetangga yang bertanggung jawab,” kata Don McLain Gill, analis geopolitik dari Universitas De La Salle di Manila.

Pakistan menjadi salah satu negara yang paling terdampak negatif dari BRI. Banyak proyek di bawah Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC) gagal memberikan hasil seperti yang dijanjikan, bahkan beberapa tidak beroperasi sebagaimana mestinya.

Islamabad terpaksa membatalkan proyek kereta metro dan pembangkit listrik tenaga batu bara, sementara banyak proyek lain mengalami keterlambatan dan pembengkakan biaya.

Utang Pakistan kepada China terus menumpuk, menjadikan Beijing sebagai kreditor eksternal terbesar negara itu. Genevieve Donnellon-May, penasihat geopolitik, menyebut pinjaman dari China semakin mendapat sorotan karena memperburuk beban utang Pakistan dan memunculkan tuduhan praktik “diplomasi jebakan utang.”

Sri Lanka juga telah menunda atau membatalkan sejumlah proyek BRI karena beban pembayaran yang berat. Myanmar sudah lebih dulu mengurangi keterlibatannya bertahun-tahun lalu setelah melihat Sri Lanka kehilangan kendali atas Pelabuhan Hambantota akibat tekanan utang dari China.

“Pelajaran dari negara tetangga kami menunjukkan bahwa investasi berlebihan terkadang justru membawa kerugian,” ujar Soe Win, mantan Menteri Perencanaan yang kini menjabat Wakil Perdana Menteri Myanmar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya