Kapal Perang Italia dan Spanyol Kawal Relawan Flotilla Berlayar ke Gaza
- seaforces.org
Roma, VIVA – Keputusan Italia dan Spanyol untuk mengirimkan kapal-kapal angkatan laut mereka untuk mengawal perjalanan kapal Global Sumud Flotilla (GSF) yang membawa bantuan ke Gaza, Palestina, menandai eskalasi dramatis dalam konfrontasi dengan blokade laut Israel.
Langkah berani dua negara Eropa yang tak pernah terjadi sebelumnya muncul hanya beberapa jam setelah armada kemanusiaan itu melaporkan berulang kali diserang, terakhirpada Selasa malam, dengan “setidaknya 13 ledakan” dan benda-benda misterius dijatuhkan ke lebih dari 10 kapal oleh pesawat tak dikenal.
Italia langsung mengutuk serangan tersebut. Menteri Pertahanan Guido Crosetto mengumumkan pengerahan fregat multiguna Fasan guna melakukan operasi penyelamatan dan melindungi warga Italia yang berpartisipasi dalam armada tersebut. Crosetto menambahkan bawha Italia telah memberi tahu Israel tentang keputusan tersebut.
"Dalam demokrasi, demonstrasi dan bentuk-bentuk protes juga harus dilindungi jika dilakukan sesuai dengan hukum internasional dan tanpa menggunakan kekerasan," tegas Crosetto dilansir Euronews, Jumat, 26 September 2025.
Global Sumud Flotilla, relawan dari 44 negara berlayar ke Gaza dari Barcelona
- Anadolu
Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, juga mengutuk serangan semalam terhadap armada tersebut, tetapi menyebut inisiatif bantuan tersebut "berbahaya dan tidak bertanggung jawab."
Meloni mengusulkan rencana untuk menyerahkan bantuan di Siprus kepada Patriarkat Latin Yerusalem, yang kemudian akan bertanggung jawab untuk menyalurkan bantuan tersebut.
Menurut Perdana Menteri Italia, pemerintah Italia, Siprus, dan Israel mendukung usulan tersebut dan sedang menunggu tanggapan dari armada tersebut.
Berbicara di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat Italia pada hari Kamis, Crosetto mengatakan fregat lain, Alpino, akan bergabung dengan Fasan untuk semakin memperkuat kehadiran angkatan laut Italia di wilayah tersebut.
"Kami akan terus melakukan segala yang mungkin untuk menghindari insiden, dan saya meminta bantuan Anda dalam hal ini, terlepas dari perbedaan politik. Namun, saya ingin menegaskan: di luar perairan internasional, kami tidak dapat menjamin keselamatan kapal-kapal tersebut," ujar Menteri Pertahanan Italia dalam pengarahannya.
Crosetto menekankan bahwa ia merekomendasikan agar armada tersebut menerima usulan Italia untuk menyalurkan bantuan melalui Gereja.
"Apakah perlu membahayakan keselamatan warga negara Italia untuk membawa bantuan ke Gaza? Pemerintah telah mendukung upaya kemanusiaan ini, kami mampu mengirimkan bantuan yang dibawa armada dengan aman dan dalam beberapa jam," tegasnya.
Tak berhenti di situ, Crosetto mengumumkan kapal perang kedua, fregat Alpino, segera bergabung memperkuat posisi Italia di Mediterania Timur. "Apakah perlu membahayakan nyawa warga Italia untuk membawa bantuan? Kami bisa menyalurkan pasokan itu dengan aman dalam hitungan jam," ujarnya menekan aktivis flotila agar menerima jalur resmi.
Tak lama setelah pengumuman Italia pada hari Rabu, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez mengatakan Spanyol juga akan mengerahkan kapal patroli "dengan semua sumber daya yang diperlukan" untuk melindungi dan membantu armada tersebut dalam perjalanannya ke Gaza.
"Pemerintah Spanyol menuntut agar hukum internasional dipatuhi dan hak warga negara kami untuk bernavigasi di Mediterania dengan aman dihormati," kata Sánchez di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York.
Israel Larang Kapal Asing Memasuki Zona Pertempuran
Israel telah berulang kali mengatakan tidak akan mengizinkan armada tersebut mencapai Jalur Gaza, mengklaim tanpa memberikan bukti bahwa konvoi tersebut "diorganisir oleh Hamas."
"Jika keinginan tulus para peserta armada adalah untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan alih-alih melayani Hamas, Israel meminta kapal-kapal tersebut untuk berlabuh di Marina Ashkelon dan membongkar bantuan di sana, yang kemudian akan segera ditransfer secara terkoordinasi ke Jalur Gaza," tulis Kementerian Luar Negeri Israel di X pada hari Senin.
"Israel tidak akan mengizinkan kapal memasuki zona pertempuran aktif dan tidak akan membiarkan pelanggaran blokade laut yang sah," tegas kementerian tersebut. "Apakah ini tentang bantuan atau provokasi?" pungkasnya.
Aktivis Brasil dan salah satu aktivis di armada tersebut, Thiago Ávila, menekankan bahwa kelompok tersebut tidak akan meninggalkan misinya.
"Armada Sumud Global adalah misi kemanusiaan yang damai, tanpa kekerasan, dan mematuhi hukum internasional, yang dinyatakan dalam putusan sementara ICJ (Mahkamah Internasional) bahwa tidak ada negara yang dapat menghalangi bantuan kemanusiaan yang berusaha mencapai Gaza," kata Ávila dalam sebuah pernyataan video di Instagram.
Flotila tersebut merupakan armada sipil yang terdiri dari lebih dari 50 kapal kecil dari 44 negara, yang bertujuan untuk menembus blokade Israel selama 18 tahun di Jalur Gaza, jauh sebelum perang Israel saat ini di Gaza, yang dimulai pada Oktober 2023 menyusul serangan militan yang dipimpin Hamas di Israel selatan.
Israel mengatakan blokade tersebut diperlukan untuk mencegah Hamas mengimpor senjata, sementara para kritikus menyebutnya sebagai hukuman kolektif.
Sejak armada bantuan berlayar dari Spanyol pada awal September, para aktivis telah melaporkan beberapa serangan terhadap konvoi tersebut,menyerang beberapa kapal di perairan Yunani pada hari Selasa, dan dua kapal terdepan di perairan Tunisia awal bulan ini.
Meskipun belum ada bukti konkret, para aktivis menuduh Israel berada di balik serangan tersebut.
Pada bulan Juli, armada Freedom yang tidak bersenjata diserbu oleh pasukan Israel di perairan internasional, saat sedang membawa pasokan ke Jalur Gaza.
