Bela Ketum Ormas GRIB, Intip Profil Mantan Kepala BIN Jenderal Hendropriyono
- Istimewa
Jakarta, VIVA – Di tengah memanasnya polemik antara Ketua GRIB Jaya, Hercules Rosario Marshal, dan sejumlah purnawirawan TNI, suara pembelaan datang dari Jenderal TNI (Purn) A.M. Hendropriyono.
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) itu mengimbau publik untuk tidak gegabah menghakimi Hercules yang dikenal sebagai sosok kontroversial.
“Kita bisa saja menghajar dia (Hercules) dengan keras, tapi jangan membunuh secara perdata,” kata Hendropriyono dalam sebuah video yang diunggah akun Instagram @wanibedo, Selasa, 6 Mei 2025.
Ia mengingatkan bahwa hujatan massal terhadap Hercules sama saja dengan “membunuhnya secara sosial”.
Ketum Gerindra Prabowo Subianto bertemu dengan Hendropriyono.
- Dok. Diaz Hendropriyono
Pernyataan ini muncul setelah ucapan Hercules yang dianggap menyinggung purnawirawan TNI, terutama Letjen (Purn) Sutiyoso, dengan menyebut “sudah bau tanah”. Komentar tersebut memicu kecaman, termasuk dari Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.
Namun bagi Hendropriyono, Hercules tetaplah bagian dari bangsa ini. Ia menyoroti kontribusi Hercules sebagai pejuang sipil asal Timor Timur yang memilih setia kepada NKRI ketika wilayah itu memisahkan diri menjadi negara Timor Leste.
“Banyak yang nyebrang ikut ke sana, tapi dia tetap setia kepada NKRI,” tegasnya. Hendropriyono juga menambahkan bahwa Hercules pernah terluka parah dalam pertempuran dan kini hidup dalam kondisi cacat, kaki, tangan, dan mata yang tidak lagi sempurna.
“Meskipun dia preman, kalau bisa milih, dia gak mau jadi preman. Coba kasih jabatan direktur, pasti dia mau,” ucapnya penuh empati.
Profil dan Rekam Jejak Jenderal TNI (Purn) A.M. Hendropriyono
Abdullah Mahmud Hendropriyono, lahir di Yogyakarta pada 7 Mei 1945, adalah salah satu tokoh militer dan intelijen paling berpengaruh di Indonesia.
Ia dikenal luas sebagai mantan Kepala BIN pada era Presiden Megawati Soekarnoputri dan juga merupakan mertua dari mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Andika Perkasa.
Pendidikan dan Karier Militer: Hendro menamatkan pendidikan di Akademi Militer Nasional (AMN) Magelang tahun 1967 dari kecabangan Infanteri Kopassus. Ia juga menempuh pendidikan lanjutan di US Army Command and General Staff College, Sesko ABRI, dan Lemhanas.
Ia tercatat memiliki tiga gelar sarjana di bidang administrasi negara, hukum militer, dan ilmu politik.
Dalam karier militer, Hendro pernah menjabat sebagai:
- Danrem 043/Garuda Hitam Lampung
- Pangdam Jaya
- Komandan Kodiklat TNI AD
- Direktur A dan D di Badan Intelijen Strategis ABRI
Karier Politik dan Intelijen:
Selain di militer, Hendro juga menjabat di pemerintahan sipil:
- Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan (PPH)
- Menteri Tenaga Kerja (1999)
- Kepala BIN (2001–2004)
- Penasihat Presiden Joko Widodo di bidang intelijen (2015)
Jejak Bisnis Hendropriyono
Hendropriyono adalah contoh tokoh militer yang sukses bertransformasi menjadi pengusaha. Ia pernah menjadi:
- Presiden Komisaris PT KIA Mobil Indonesia
- Komisaris Carrefour Indonesia (setelah akuisisi oleh Chairul Tanjung)
Chairman Andalusia Group yang menaungi berbagai bisnis, seperti:
- PT Andalusia Bumi Energi (pertambangan)
- PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (kode saham: DGIK)
- PT Andalusia Antar Benua (jasa pengiriman uang bersama Western Union)
- PT Mega Maroci Lines (perusahaan pelayaran)
Ia juga aktif dalam industri hiburan dan perfilman melalui PT Sinar Surya Sinema bersama Ilham Bintang dan Raam Punjabi.
Kontroversi dan Isu HAM
Nama Hendropriyono tak lepas dari kontroversi, terutama terkait Peristiwa Talangsari 1989 di Lampung yang menewaskan ratusan warga sipil.
Selain itu, ia juga disebut-sebut terkait kasus pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib, meski hingga kini tidak pernah dijatuhi vonis hukum dalam kasus tersebut.