Inovasi Siswa SMA di Sragen, Ubah Sampah Plastik Jadi BBM
- Mahfira Putri - tvone
Sragen, VIVA – Siswa-siswa SMA di Sragen ini ubah tumpukan sampah plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang bernilai guna. Inovasi ini dinamai E-PRO (Eco Pyrolisis Generator).
Tiga siswa ini ialah Syubbanun Syahidillah Arif, Hanif Haryoso kelas XI dan Ikhsan Rasyid Auliarrahman Kelas X SMA Science Plus Baitul Quran Boarding School Sragen.
Untuk memproses sampah plastik ini, mereka menggunakan alat dengan bahan baku plat baja stainless yang didesain untuk bisa mengolah sampah.
Alat itu beroperasi dengan bahan minyak jelantah atau oli bekas yang dibakar menggunakan kain atau kertas sebagai bahan bakar untuk memanasi air.Â
Syubbanun menjelaskan dari proses memanasi air ini, uap air di dorong ke atas yang berfungsi sebagai blower dengan suhu 200-250 derajat Celcius.
Siswa SMA Science Plus Baitul Quran Boarding School Sragen
- Mahfira Putri - tvone
Dengan suhu tersebut bisa mengubah sampah plastik yang padat menjadi gas. Kemudian gas tersebut dialirkan ke pipa dan didinginkan dengan kondensator.Â
Dari proses kondensasi itu, gas berubah menjadi cair. Cairan itu merupakan minyak yang setelah dimurnikan bisa menjadi biofuel.
"Bahan plastik yang dipanaskan dengan tekanannya bisa menghasilkan solar, pertalite atau premium. Semakin tinggi panasnya semakin bagus atau baik, semakin rendah panasnya dari hasilnya kurang bagus," kata Syubbanun.
Inovasi ini, kata dia muncul karena banyaknya sampah plastik di Pondok Pesantren Baitul Qur'an Sambirejo, Sragen, yang menumpuk dan belum ada pengolahannya.Â
Dalam sehari, ada 10 kg hingga 15 kg sampah plastik yang dihasilkan. Setiap satu kilogram plastik, kata dia, bisa menghasilkan 100 mililiter minyak.
"Kami membuat alat ini untuk memanfaatkan sampah-sampah plastik di sekitar kami, karena di pondok kami banyak sekali sampah plastik yang menumpuk dan belum adanya pengolahan akhirnya kita membuat ini," ujarnya.
Syubbanun mengatakan ide itu muncul sudah 5 atau 6 bulan lalu. Namun untuk pemrosesannya baru dua bulan terakhir. Untuk membuat alatnya mereka harus merogoh kocek Rp 7 juta, uang itu berasal dari pondok dan mereka sendiri.
Karya mereka ini sudah diikutsertakan dalam Lomba Kreativitas dan Inovasi Masyarakat (Krenova) 2025 yang diadakan Badan Perencanaan, Pembangunan, Riset, dan Inovasi Daerah (Bapperida) Sragen dan mendapatkan juara pertama.
Sementara itu, Wakil Direktur 1 Ahsanu Dhoni menambahkan di lingkungan santri, ada kegiatan Sanggar Kreasi yang terdiri atas 20 kegiatan, salah satunya karya ilmiah remaja (KIR).Â
Dia mengatakan KIR ini didampingi para guru-guru dan para santri yang didorong untuk ikut kegiatan yang hasilnya berupa inovasi ini.
Dia mengatakan setiap tahun ponpesnya selalu mengeluarkan inovasi yang diikutkan lomba Krenova. Ia mengatakan pada tahun lalu, ponpesnya mendapat peringkat II, untuk tahun ini pihaknya masih menunggu hasil.
Laporan:Â Mahfira Putri-tvone