Menapak Jejak Ilmu Ibnu Abbas: Ziarah Sunyi di Masjid Bersejarah Thaif
- Dedy Priatmojo
VIVA – Berkunjung ke Kota Thaif, Arab Saudi, tak lengkap rasanya jika belum singgah ke Masjid Abdullah bin Abbas—sebuah situs spiritual yang menyimpan jejak sahabat kecil Rasulullah SAW dan gudang ilmu hadits, Ibnu Abbas.
Masjid ini bukan sekadar tempat ibadah. Berdiri kokoh di atas dataran tinggi Kota Thaif sejak tahun 592 Hijriyah, bangunan tua ini menjadi saksi bisu perjalanan seorang tokoh Islam agung yang meriwayatkan lebih dari seribu hadits Rasulullah SAW. Terletak sekitar 1.700 meter di atas permukaan laut, udara sejuk khas Pegunungan Sarawat menambah khusyuk suasana bagi peziarah yang datang dari berbagai penjuru dunia.
Masjid Abdullah bin Abbas di Thaif, Makkah, Arab Saudi
- Dedy Priatmojo
Masjid ini dinisbatkan kepada Abdullah bin Abbas atau Ibnu Abbas, keponakan Nabi Muhammad SAW yang sejak kecil tumbuh di dekat Sang Rasul. Lahir pada 619 M, Ibnu Abbas adalah anak dari Abbas bin Abdul Muthalib dan Ummu Lubaba—seorang wanita yang masuk Islam tak lama setelah Khadijah RA.
Meski terpaut usia jauh dengan Rasulullah, Ibnu Abbas kecil dikenal sangat dekat dengan Nabi. Ia sering menyiapkan air wudhu, ikut salat berjamaah, hingga mencatat banyak pelajaran dari majelis ilmu yang dihadiri bersama Rasul. Kedekatan ini menjadikan Ibnu Abbas pribadi yang tajam dalam ilmu dan luhur dalam akhlak. Ia bahkan menerima doa langsung dari Rasulullah SAW agar kelak menjadi ahli ilmu dan hikmah. Doa itu benar-benar menjadi kenyataan.
Ibnu Abbas menjadi salah satu sahabat dengan pengaruh besar dalam khazanah keilmuan Islam. Tercatat sekitar 1.660 hadits diriwayatkannya, menjadikannya sebagai periwayat hadits terbanyak kelima setelah Siti Aisyah RA. Ia juga dikenal sebagai ahli tafsir dan rujukan utama dalam memahami Alquran.
Makam yang Tersembunyi, Ziarah yang Hening
Makam Abdullah bin Abbas di sekitar Masjid di Thaif, Makkah, Arab Saudi
- Dedy Priatmojo
Di kompleks masjid ini pula, terdapat makam Ibnu Abbas. Namun, jangan membayangkan bangunan mewah atau nisan berhias marmer. Seperti makam ulama lainnya di Arab Saudi, makam Ibnu Abbas sangat sederhana. Dikelilingi tembok setinggi lima meter, tanpa akses masuk langsung. Para peziarah hanya bisa memanjat bahu teman jika ingin sekilas melihat ke dalam. Selebihnya, cukup berdiri di depan tembok dan panjatkan doa dalam hening.
Makam ini kini terletak di samping area salat wanita. Selain Ibnu Abbas, terdapat pula makam Imam Muhammad bin Al Hanafiyah, putra Sayidina Ali bin Abi Thalib dari istri selain Fatimah. Keberadaan dua tokoh besar ini menjadikan masjid tersebut bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga situs ziarah sejarah Islam yang penting.
Ibnu Abbas wafat di usia 81 tahun pada tahun 78 Hijriyah. Ia memilih menghabiskan sisa hidupnya di Thaif, dan berpesan agar dimakamkan di kota sejuk ini—bukan di Mekah atau Madinah. Pilihan yang menguatkan citra Thaif sebagai kota yang sarat makna dalam sejarah Islam.
Ziarah ke Masjid Abdullah bin Abbas bukan hanya soal menapak tilas sejarah, tapi juga tentang menyerap energi keilmuan, kesederhanaan, dan keteladanan dari seorang sahabat Rasul yang hidup penuh hikmah. Kota Thaif, dengan udara dingin dan pemandangan hijaunya, adalah panggung sunyi tempat kita bisa mengenang keagungan tokoh yang hidup dalam dekapan wahyu dan menebar cahaya ilmu.