5 Hari Pascabanjir Bali, Menteri LH: 84 Ton Sampah Terkumpul, Masih Ada 210 Ton Lagi
- Ni Putu Putri Muliantari/ANTARA
Bali, VIVA – Lima hari pascabanjir besar yang melanda Bali, Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq mencatat sudah ada 84 ton sampah berhasil dikumpulkan. Namun, jumlah tersebut diperkirakan baru sebagian kecil, sebab masih ada sekitar 210 ton lagi yang kemungkinan besar akan terkumpul dari sisa banjir.
Dalam upaya percepatan pembersihan, Kementerian Lingkungan Hidup menggandeng seribuan orang dari berbagai unsur untuk membersihkan area yang terdampak.
“Ada 1.100 orang ini melanjutkan upaya-upaya (pembersihan) yang telah dilakukan beberapa hari lalu. Mereka dari unsur Polri, TNI, warga, pelajar, LSM, ojek online, komunitas pencak silat,” kata Hanif di Denpasar, Bali, Minggu (14/9/2025).
Bangunan rumah terdampak banjir di kawasan Jalan Bukit Barisan, Denpasar, Bali
- Fikri Yusuf/rwa/ANTARA
Sejak pukul 07.30 Wita, kegiatan pembersihan dilaksanakan di Pasar Kumbasari, Pasar Badung, dan sepanjang Jalan Sulawesi—lokasi yang sempat terendam luapan air Sungai Tukad Badung pada Rabu (10/9/2025) dini hari.
Karena sampah-sampah tersebut dikategorikan sebagai dampak bencana, pemerintah pusat memberi izin kepada Pemprov Bali untuk membuangnya ke TPA Suwung dengan batasan waktu sebulan.
“Kami menyampaikan ke pak gubernur untuk membawa sampah-sampah tersebut ke TPA Suwung karena ini sampah spesifik keadaan darurat harus diperlakukan benar sehingga semua sampah selama paling lama sebulan semua diangkut ditangani di sana,” ujarnya.
Usai terjun langsung membersihkan lumpur di kawasan Pasar Kumbasari, Hanif menilai proses pemulihan akan memakan waktu beberapa hari. Kendala lain adalah banyaknya sampah yang menyumbat sungai dan drainase, ditambah potensi hujan yang masih mungkin mengguyur Bali.
“Karena darurat, dibuang ke TPA Suwung dan ditangani di sana karena tidak mungkin dikelola di sini melihat kedaruratannya. Namun, kita wajib meningkatkan penanganan sampah dari sumber,” katanya.
Hanif juga menekankan bahwa bencana banjir ini menjadi peringatan penting bagi daerah untuk lebih serius dalam mitigasi. Ia menyoroti bahwa tutupan hutan di hulu masih minim, sehingga daya serap air rendah.
“Pak gubernur dan semuanya di Bali harus kembali menjaga kualitas alam yang ternyata belum mampu menahan curah hujan tinggi karena harus dikembalikan tutupan hutannya di daerah hulu sana,” ucapnya.
Berdasarkan catatan kementerian, Bali memerlukan hampir 14 ribu hektare tutupan hutan di daerah aliran sungai (DAS) yang menuju Denpasar dan Badung agar resapan air lebih optimal.
“Di hulu kita hanya 3 persen yang ada hutannya jadi pemda sedang mendesain untuk ditanam paling tidak 3 tahun sudah selesai dengan melibatkan semua orang, kemudian di sisi hilir ada permasalahan sampah dan sempadan sungai, dengan kalibrasi hujan yang sangat ekstrem itu tidak boleh main-main,” ujar Hanif menutup pernyataannya. (ANTARA)