Masih Ada Puluhan Santri Hilang, Menko PMK Ungkap Tak Ada Tanda Kehidupan di Bawah Reruntuhan Ponpes Sidoarjo
- BNPB
Sidoarjo, VIVA – Proses evakuasi korban ambruknya Musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, memasuki babak krusial. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, mengungkapkan kabar pilu bahwa tidak lagi terdeteksi tanda-tanda kehidupan di bawah reruntuhan bangunan.
"Sebagaimana tadi dijelaskan, bahwa memang dengan bantuan peralatan yang maksimal yang kita miliki, baik itu peralatannya Basarnas, BNPB, maupun bantuan dari berbagai pihak, tidak lagi ada tanda-tanda ditemukan kehidupan," kata Pratikno dalam konferensi pers di lokasi ponpes ambruk, Kamis, 2 Oktober 2025 dikutip tvOne.
Pratikno menyebut, informasi tersebut sudah disampaikan langsung kepada keluarga santri. Tim SAR gabungan juga telah melakukan asesmen sebanyak tiga kali sejak Rabu malam, 1 Oktober 2025, pukul 23.00 WIB. Dari hasil pemeriksaan berulang, tidak ada lagi indikasi pergerakan atau suara dari dalam reruntuhan.
"Itu sudah dijelaskan kepada keluarga, dan oleh karena itu keluarga juga setuju untuk penggunaan alat berat," ujarnya.
Meski begitu, ia menegaskan penggunaan alat berat akan dilakukan secara hati-hati. Harapannya, tetap ada kemungkinan korban ditemukan dalam keadaan selamat.
"Jadi mohon doanya semoga para korban masih ditemukan selamat, kita terus berdoa untuk itu. Semoga juga keluarga korban diberi ketabahan, kesabaran, keikhlasan menghadapi musibah yang sangat memprihatinkan ini," katanya lagi.
BNPB: 91 Santri Masih Hilang
Sementara itu, data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan masih banyak korban yang diperkirakan tertimbun. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyebut berdasarkan absensi santri, terdapat 91 orang yang belum ditemukan.
“Berdasarkan data absensi santri, sebanyak 91 orang diduga tertimbun material bangunan,” kata Abdul dalam keterangannya, Rabu, 1 Oktober 2025.
Abdul menambahkan, tim SAR sempat mendeteksi ada enam santri yang masih bertahan hidup di salah satu segmen reruntuhan. Melalui celah sempit, petugas menyalurkan makanan dan minuman agar kondisi mereka tetap terjaga.
“Melalui celah yang ada, petugas sudah menyalurkan makanan dan minuman untuk menjaga kondisi para korban,” ujarnya.
Sebanyak 332 personel gabungan diterjunkan untuk operasi penyelamatan. Alat berat disiagakan, tetapi sempat tertunda penggunaannya karena dikhawatirkan getaran justru memperburuk kondisi reruntuhan.