Pertama dalam Sejarah, Ekonomi Dunia Diprediksi Minus 7,5 Persen

Wakil Menteri Luar Negeri, Mahendra Siregar
Sumber :
  • VIVA/Dinia

VIVA – Laju pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan menyusut tajam tahun ini. Menurut data, diperkirakan ekonomi dunia akan mengalami penyusutan antara -4,9 persen hingga -7,5 persen akibat pandemi COVID-19, serta konstelasi politik dan ekonomi global.

Ikut Topang Ekonomi RI, Bos OJK Sebut Total Simpanan Pelajar Tembus Rp 32 Triliun

Wakil Menteri Luar Negeri, Mahendra Siregar mengatakan, diperlukan langkah khusus karena saat ini kondisi dunia bisa dikatakan menghadapi faktor disruptif yang banyak dan berat, dan terjadi pada waktu bersamaan. Bahkan beberapa pihak menyebut dunia menghadapi 'perfect storm' karena semua variabel negatif, terjadi di waktu bersamaan dengan intensitas tinggi.

Mahendra menyebut ada empat faktor pengguncang dunia. Selain pandemi COVID-19, resesi ekonomi global merupakan faktor kedua penyebab krisis. Faktor ketiga adalah perang dagang antara Amerika Serikat dengan Republik Rakyat Tiongkok.

Kumpulkan Stakeholder, Bos OJK Godok Mitigasi Risiko dan Inovasi Sektor Jasa Keuangan

Baca juga: Penerbangan Lesu, British Airways Pensiunkan Seluruh Armada Boeing 747

"Perang dagang yang semula lebih berupa keinginan AS untuk mengatasi defisit perdagangan yang mencapai US$500 miliar, tapi sekarang meluas dan masuk ke perang dagang yang meliputi sektor telekomunikasi, larangan perusahaan Barat untuk berbisnis dengan perusahaan RRT, hingga melebar pada pencatatan bursa saham New York," ujar Mahendra dalam konferensi pers virtual, Jumat, 17 Juli 2020.

S&P Pertahankan Rating Utang Indonesia, OJK: Kepercayaan Investor Terjaga

Faktor keempat adalah persaingan geopolitik yang semakin tajam. Jika trade war berfokus pada sektor ekonomi maka geopolitik berarti non-ekonomi seperti pertahanan dan keamanan. Mahendra mengatakan, banyak analis menyebut persaingan geopolitik ini akan semakin berat di tahun-tahun ke depan.

"Ini menjadikan kondisi politik ekonomi global menjadi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan berbeda dengan waktu-waktu yang lalu," ujarnya.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

OJK Beberkan Perbedaan Strategi Pengembangan Kripto di Indonesia dengan Kawasan Asia Pasifik

Jika sebelumnya banyak pihak masih ragu dengan kompleksitas aset digital, kini regulator mulai mengadopsi strategi yang disesuaikan dengan kebutuhan domestik.

img_title
VIVA.co.id
22 Agustus 2025