Chevron PHK Besar-Besaran, 9.100 Karyawan Terancam Kehilangan Pekerjaan
- Istimewa
Jakarta, VIVA – Perusahaan energi raksasa asal Amerika Serikat, Chevron, akan memberhentikan hingga 20% dari total lebih dari 45.000 karyawannya. Hal ini dikonfirmasi langsung dalam pernyataan resmi perusahaan pada Rabu, 12 Februari 2025.
Melansir dari Forbes, Kamis 13 Februari 2025, kabar PHK massal di Chevron ini menjadikannya salah satu perusahaan besar AS terbaru, yang mengumumkan pengurangan tenaga kerja secara besar-besaran.
“Chevron akan mengurangi tenaga kerja sebesar 15% hingga 20%,” ujar Wakil Ketua Chevron, Mark Nelson, dalam pernyataan yang disampaikan oleh juru bicara perusahaan, seperti dikutip pada Kamis, 13 Februari 2025.
Berdasarkan laporan terbaru Chevron pada Oktober 2023, jumlah karyawan perusahaan mencapai 45.511 orang, sehingga PHK ini akan berdampak pada sekitar 6.830 hingga 9.100 pekerja.
“Perubahan struktur organisasi akan meningkatkan standarisasi, sentralisasi, efisiensi, dan hasil,” ungkap Nelson.
Dia menambahkan, proses PHK ini akan dimulai pada tahun ini dan sebagian besar akan selesai pada akhir 2026. Namun, Chevron tidak memberikan rincian mengenai divisi atau wilayah mana yang paling terdampak oleh pengurangan tenaga kerja ini.
“Pemimpin yang bertanggung jawab harus mengambil langkah-langkah ini untuk meningkatkan daya saing jangka panjang perusahaan bagi karyawan kami, pemegang saham, dan komunitas kami,” lanjut Nelson dalam pernyataannya.
Chevron sendiri merupakan perusahaan energi terbesar kedua di AS setelah Exxon Mobil, dengan kapitalisasi pasar lebih dari USD270 miliar atau setara Rp4.320 triliun, menjadikannya perusahaan publik terbesar ke-28 di negara itu.
Pada November 2024, CEO Chevron Mike Wirth mengisyaratkan kepada Bloomberg bahwa inisiatif pemotongan biaya sebesar USD3 miliar atau sekitar Rp48 triliun hanya akan menjadi bagian kecil dari total penghematan yang akan dilakukan perusahaan.
Chevron juga sempat mencetak laba tertinggi sebesar USD36,5 miliar atau sekitar Rp584 triliun pada 2022 saat harga minyak melonjak akibat invasi Rusia ke Ukraina. Namun, laba bersihnya turun menjadi USD21,4 miliar atau sekitar Rp342 triliun pada 2023 dan kembali merosot menjadi USD17,7 miliar atau sekitar Rp283 triliun tahun lalu, seiring dengan stabilisasi harga minyak.
Saham Chevron juga mengalami stagnasi dalam dua tahun terakhir, dengan return -2%, tertinggal jauh dibandingkan indeks S&P 500 yang naik 53% pada periode yang sama.
Selain Chevron, ada juga beberapa perusahaan besar yang melakukan PHK massal pada 2025. Di antaranya JPMorgan Chase yang akan memangkas kurang dari 1.000 karyawan bulan ini, Meta yang baru saja memulai pemutusan hubungan kerja sebesar 5% atau sekitar 3.600 karyawan, serta Estée Lauder yang mengumumkan akan memberhentikan sekitar 10% tenaga kerjanya, atau sekitar 7.000 orang.