Industri IT Terus Terguncang, 12.000 Karyawan Kena PHK Tersingkir karena AI

Tata Consultancy Services (TCS)
Sumber :
  • Wikipedia

Jakarta, VIVA – Transformasi digital yang semakin agresif mulai mengguncang stabilitas perusahaan teknologi global, termasuk Tata Consultancy Services (TCS).

Dikira Sepi Peminat, Daftar Jurusan Kuliah Ini Malah Jadi Incaran Perusahaan Gede

Perusahaan IT terbesar di India tersebut mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap sekitar 12.200 karyawan, atau setara dengan 2 persen dari total tenaga kerjanya yang mencapai lebih dari 613.000 orang.

Keputusan mengejutkan ini diambil sebagai bagian dari langkah strategis TCS untuk beradaptasi dengan tantangan pasar global, seperti lambatnya pengambilan keputusan klien, inflasi yang terus berlanjut, serta kebijakan perdagangan Amerika Serikat yang belum pasti. 

Karyawan yang Punya Skill AI Auto ‘Disayang’ Perusahaan, Gaji Bisa Naik hingga 28 Persen

Tak hanya itu, percepatan adopsi kecerdasan buatan (AI) juga disebut sebagai faktor utama yang memaksa perusahaan untuk merombak struktur tenaga kerjanya.

Langkah ini juga menunjukkan bahwa era dominasi model bisnis padat karya (people-heavy services) mulai ditinggalkan, demi efisiensi dan profitabilitas jangka panjang.

Makin Banyak Sarjana Gen Z Jadi Pengangguran, Efek AI?

Apa yang Melatarbelakangi PHK Massal Ini?

TCS menjelaskan bahwa PHK ini difokuskan pada level manajemen menengah dan senior, bukan tenaga kerja teknis di garis depan. Hal ini dilakukan seiring perusahaan membuka pasar baru dan mengimplementasikan teknologi AI untuk efisiensi operasional.

Menurut CEO TCS, K Krithivasan, ada penundaan dalam pengambilan keputusan dan permulaan proyek dari klien-klien mereka. Hal ini menciptakan tekanan besar pada arus kas dan menyebabkan perusahaan harus mencari cara untuk mempertahankan margin keuntungan.

Industri IT India dalam Tekanan

Industri IT India yang bernilai US$283 miliar, atau setara Rp4.612 triliun, tengah menghadapi perlambatan permintaan. Banyak klien global menunda pengeluaran teknologi non-esensial karena ketidakpastian ekonomi dan geopolitik. 

Di tengah kondisi seperti ini, perusahaan IT harus mencari cara untuk tetap kompetitif, termasuk dengan menurunkan harga layanan hingga 20–30%.

Hal tersebut dikonfirmasi oleh Phil Fersht, CEO dari firma riset IT HFS Research. Ia menyatakan bahwa semakin meluasnya penggunaan AI membuat penyedia layanan TI seperti TCS harus menyesuaikan komposisi tenaga kerja mereka. 

“Langkah ini memang menyakitkan, tapi diperlukan untuk menjaga daya saing harga di pasar yang sangat kompetitif,” ujarnya, seperti dikutip dari The Straits Times, Senin, 28 Juli 2025.

Tidak Berdampak pada Layanan Klien

Meski jumlah karyawan yang terdampak cukup besar, TCS menegaskan bahwa PHK ini tidak akan mengganggu kualitas layanan terhadap klien. Perusahaan telah menyiapkan skema pelatihan ulang (retraining) dan penempatan kembali (redeployment) bagi sebagian staf agar dapat berkontribusi di unit bisnis baru yang tengah dibentuk.

Langkah-langkah mitigasi ini dirancang agar proses transisi berjalan lancar dan operasional perusahaan tetap stabil di tengah perubahan besar.

Gambaran Tren Global

Keputusan TCS untuk merampingkan tenaga kerja menjadi cermin tren global, di mana banyak perusahaan teknologi mulai mengandalkan automasi dan AI untuk menggantikan pekerjaan manusia, terutama di lini manajerial. 

Ini bukan hanya soal efisiensi, tetapi juga upaya menjaga keberlanjutan bisnis di tengah fluktuasi pasar yang sulit diprediksi. Dengan tekanan dari klien dan ketatnya persaingan harga, tidak heran jika perusahaan besar seperti TCS memilih strategi efisiensi sebagai langkah bertahan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya