Sinar Terang Mandiri Resmi Melantai di BEI, Dirut Pede Dongkrak Pendapatan Bisnis
- VIVA/Ayesha Puri
Jakarta, VIVA – Emiten jasa penunjang pertambangan dan penggalian lainnya, PT Sinar Terang Mandiri Tbk (MINE), resmi melakukan penawaran publik perdana (IPO) pada Senin, 10 Maret 2025. Perseroan optimis industri nikel dalam negeri cerah sehingga mampu membukukan pendapatan lebih baik di tahun ini.
Dalam IPO ini, MINE menawarkan sebanyak 612.665.300 saham setara 15 persen dari modal ditempatkan. Perseroan mematok harga perdana saham sebesar Rp 216 per saham.
"Bersyukur dan berterima kasih hari ini bisa dicatatkan untuk pertama kalinya," ujar Direktur Utama MINE Ivo Wangarry saat acara pencatatan perdana saham di Main Hall Bursa Efek Indonesia.
Melalui strategi IPO, perseroan fokus untuk mengoptimalkan peluang bisnis di sektor pertambangan nikel. Nantinya, MINE akan memperbanyak alat berat yang dapat meningkatkan kegiatan operasional.
Direktur Utama MINE Ivo Wanggrry
- VIVA/Ayesha Puri
Ivo menyampaikan, peningkatan jumlah alat berat setelah IPO akan semakin memperkuat kemampuan perusahaan dalam penambangan nikel, sehingga berdampak langsung kepada pendapatan Perseroan. Ia juga optimis perseroan bisa membukukan pendapatan lebih baik pasca IPO.
"Target pertumbuhan pendapatan yang pasti lebih baik dari tahun kemarin," tegas Ivo.
Dikutip dari keterangan resmi MINE , perseroan mengalami pertumbuhan sejalan dengan meningkatnya produktivitas kerja. Per 31 Agustus 2024, perseroan mencatat pendapatan sebesar Rp 1,36 triliun atau tumbuh 40,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Peningkatan pendapatan didorong kenaikan total material movement dari penambangan nikel sebesar 47,0 persen. Pada periode tersebut terjadi lonjakan dari 6,7 juta bank cubic meter (bcm) menjadi 9,8 juta bcm.
Saat ini, MINE masih fokus mengerjakan dua proyek pertambangan di Halmahera, Maluku Utara dan di Morowali, Sulawesi Tengah. Ivo menyampaikan belum ada rencana pengoperasian tambang baru di tahun ini.
"(Tahun 2025) kita masih exist aja dua proyek kita yang ada sekarang. Rencana (pengoperasian tambang baru) masih belum ada," kata Ivo.
Keyakinan Ivo bahwa perseroan mampu lebih cuan ditopang program hilirisasi nikel di dalam negeri yang jadi prioritas pemerintah. Sebagai negara dengan cadangan nikel mencapai 20 persen dari total cadangan dunia, investasi di sektor ini mendorong kebutuhan jasa penambangan nikel di Indonesia terus membesar.
Di samping itu, cerahnya industri nikel disokong meningkatnya kebutuhan dunia terhadap nikel seiring lonjakan kendaraan listrik. Kondisi ini membuka peluang perseroan meningkatkan keuntungan dalam jangka panjang.
"Sebagai pelaku bisnis, kami berharap juga dapat mendukung Indonesia sebagai bagian penting dari rantai pasok bahan baku baterai kendaraan listrik dunia,” tutur Ivo.