RI Kantongi Komitmen Invesasi Hijau Ratusan Triliun, DPR Ungkap PR Pemerintah

Ilustrasi energi hijau atau green energy.
Sumber :
  • indoenergi.com

Jakarta, VIVA – Indonesia mendapatkan komitmen invesasi hijau dalam dua pekan terakhir mencapai lebih dari US$29 miliar atau atau sekitar Rp 471 triliun (kurs 16.242 per dolar AS). Investasi itu berasal dari World Bank Group dan Pemerintah Arab Saudi.

RI Akan Jadi Pusat Komputasi Mutakhir AI dan Teknologi Kuantum di Asia

Anggota Komisi XII DPR RI Mukhtarudin menyambut positif masuknya dua paket pendanaan hijau skala besar dari mitra internasional tersebut. Hal tersebut dinilai sebagai bentuk konkret dukungan global terhadap agenda transisi energi Indonesia.

“Pendanaan ini menjadi bukti bahwa dunia melihat Indonesia sebagai pemain penting dalam transisi energi global. Ini kabar baik bagi daerah seperti Kalimantan, termasuk Kalteng, yang punya potensi besar energi terbarukan,” ujar Mukhtarudin, yang juga Sekretaris Fraksi Partai Golkar, dikutip dari keterangannya, Kamis, 20 Juli 2025.

Terbitkan Orange Bond, PNM Pastikan Bukan Sekadar Instrumen Investasi

Diketahui, World Bank bersama mitra menyetujui skema pendanaan sebesar US$2,13 miliar yang difokuskan untuk mempercepat akses energi bersih di Kalimantan dan Sumatera.

Anggota Komisi XII DPR RI Mukhtarudin.

Photo :
  • Istimewa.
Negara Tidak Boleh Kalah Cerdik dengan Aplikator

Proyek ini mencakup pengembangan listrik tenaga surya dan angin dengan kapasitas hingga 540 MW, pembangunan jaringan distribusi, serta peningkatan akses listrik bagi lebih dari 3,5 juta masyarakat, termasuk di wilayah pelosok Kalimantan Tengah yang hingga kini masih menghadapi kendala akses energi.

Selain itu, pemerintah Indonesia juga mengamankan komitmen investasi dari pemerintah Arab Saudi senilai US$27 miliar, yang akan dikucurkan melalui Dana Investasi Publik (PIF) dan perusahaan energi terkemuka ACWA Power.

Investasi ini mencakup pengembangan energi terbarukan berskala besar, pembangunan jaringan transmisi modern, serta pengembangan hilirisasi petrokimia nasional. Saat ini, ACWA Power telah membuka desk koordinasi awal dengan Danantara untuk memetakan proyek di wilayah Indonesia timur dan tengah.

Mukhtarudin mengingatkan Pemerintah Pusat memiliki pekerjaan rumah untuk memastikan realisasi investasi ini berjalan inklusif dan berpihak pada daerah-daerah non-Jawa. Yang, diketahui memiliki potensi besar namun kerap tertinggal dalam pembangunan energi.

Ia juga mendorong agar Kalimantan Tengah dijadikan pilot project perluasan energi bersih berbasis potensi lokal seperti tenaga surya dan biomassa, yang dinilai mampu membuka peluang lapangan kerja hijau (green jobs) bagi masyarakat daerah.

“Kita butuh percepatan regulasi, kepastian fiskal, dan skema pembiayaan inovatif seperti green bond dan sukuk hijau. DPR siap mengawal agar realisasi di lapangan berjalan maksimal,” tegas Mukhtarudin.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Oelpuah berkapasitas 5 megawatt peak (MWp) sebagai pembangkit EBT yang berlokasi di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Photo :
  • Dok. PLN

Lebih lanjut, ia menyebut bahwa pemerintah sedang memfinalisasi regulasi insentif fiskal untuk mendorong percepatan proyek-proyek energi bersih. Selain itu, DPR RI melalui Komisi XII juga mendorong adanya harmonisasi lintas kementerian dan lembaga agar implementasi investasi ini tidak terhambat oleh tumpang tindih regulasi maupun birokrasi teknis yang berbelit.

Skema blended finance dari World Bank dan investasi besar dari Arab Saudi ini dinilai dapat menjadi model sukses pembiayaan transisi energi di Indonesia. Hal ini sekaligus memperkuat fondasi menuju target Net Zero Emission (NZE) tahun 2060 yang telah ditetapkan pemerintah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya