Dikira Sepi Peminat, Daftar Jurusan Kuliah Ini Malah Jadi Incaran Perusahaan Gede
- Freepik
Jakarta, VIVA – Memilih jurusan kuliah kini bukan sekadar soal minat, tapi juga soal masa depan. Dalam kondisi pasar kerja yang makin ketat, para mahasiswa dan orang tua semakin mempertimbangkan jurusan yang benar-benar bisa menghasilkan pekerjaan setelah lulus.
Selama ini, banyak yang percaya bahwa jurusan finansial adalah pilihan paling aman untuk mendapatkan karier yang stabil dan gaji besar. Sebuah survei internasional dari CFA Institute terhadap lebih dari 9.000 mahasiswa dan lulusan baru menunjukkan bahwa mayoritas responden menilai finansial sebagai jalur karier paling menjanjikan.
“Saya merasa karier di bidang finansial memberi jalan menuju stabilitas,” kata Rafael Perez, 29 tahun, mahasiswa S2 jurusan finansial di California State University, seperti dikutip dari CNBC, Rabu, 30 Juli 2025.
“Walau kadang diledek jadi ‘finance bro’, saya anggap itu sebagai cerminan harapan akan kesuksesan dan prestise.”
Namun, data justru berkata lain. Menurut laporan Federal Reserve Bank of New York, peluang kerja terbaik justru datang dari jurusan yang tak banyak diprediksi sebelumnya.
Jurusan Tak Terduga, Peluang Kerja Menjanjikan
Ilustrasi wisuda
- Freepik
Dalam laporan terbaru yang menganalisis kondisi pasar kerja kuartal pertama 2025, terlihat bahwa lulusan jurusan sejarah seni, filsafat, dan ilmu gizi memiliki tingkat pengangguran lebih rendah dibanding jurusan yang dianggap 'elite' seperti komputer atau finansial.
Tingkat pengangguran untuk jurusan sejarah seni hanya 3%, sementara gizi hanya 0,4%. Bandingkan dengan komputer (6,1%) dan finansial (3,7%). Bahkan lulusan ekonomi pun menghadapi tantangan lebih besar dengan tingkat pengangguran 4,9%.
Penurunan prospek kerja pada jurusan komputer disebut terkait dengan meningkatnya adopsi teknologi kecerdasan buatan (AI) yang mulai menggantikan banyak pekerjaan teknis.
AI Dorong Kebutuhan Lulusan Humaniora
Di tengah booming AI, justru kemampuan berpikir kritis, empati, dan komunikasi, yang selama ini dikembangkan dalam jurusan humaniora, menjadi incaran banyak perusahaan besar.
Hal ini diamini oleh Robert Goldstein, Chief Operating Officer BlackRock, salah satu manajer aset terbesar di dunia. “Kami semakin yakin bahwa kami butuh orang-orang dengan latar belakang sejarah, sastra Inggris, dan bidang lain yang tidak berhubungan langsung dengan teknologi atau finansial,” ujarnya dalam sebuah konferensi.
Kondisi ini menunjukkan bahwa dunia kerja sedang bergerak ke arah yang lebih seimbang. Kecanggihan AI memang penting, tapi tetap membutuhkan sentuhan manusia untuk mengolahnya secara etis dan kreatif.
Peter Watkins dari CFA Institute menyimpulkan, bahwa sekarang ada kesadaran dari mahasiswa bahwa gelar yang mereka ambil harus bisa langsung digunakan dalam dunia kerja.
Pilih Jurusan dengan Visi Luas
Memasuki pasar kerja 2025, para pencari kerja dituntut untuk tak hanya punya skill teknis, tapi juga soft skills dan kemampuan adaptasi. Jurusan seperti filsafat, sejarah, atau ilmu gizi mungkin dulu dianggap sepi peminat, tapi kini justru naik daun berkat perubahan kebutuhan industri.
Bagi Anda yang masih menimbang jurusan kuliah, ada baiknya mulai melirik bidang-bidang yang mengasah kreativitas, empati, dan pemikiran kritis. Karena di era dominasi teknologi, manusialah yang tetap jadi pembeda utama.