Pria Ini Mampu Tumbangkan Elon Musk meski Hanya Sebentar
- (Foto AP/Mark Schiefelbein)
Jakarta, VIVA – Pria ini mampu tumbangkan Elon Musk meski hanya sebentar. Sosok tersebut adalah Larry Ellison, Co-Founder Oracle.
Ia sanggup mengalahkan Elon Musk sebagai orang terkaya di dunia tahun ini. Namun, momen tersebut hanya bertahan beberapa jam saja sebelum sang taipan kembali ke peringkat pertama.
Kekayaan Larry Ellison melonjak dari US$89 miliar (Rp1.466 triliun) menjadi US$383 miliar (Rp6.310 triliun) pada 10 September, usai laporan pendapatan Oracle, seperti dilansir dari Bloomberg via CNN, Jumat, 12 September 2025.
Lonjakan tersebut berkat artificial intelligence (kecerdasan buatan atau AI), lewat kesepakatan Oracle dengan OpenAI, pemilik ChatGPT.
Namun, pada penutupan pasar pada Rabu, kekayaan Elon Musk kembali unggul tipis menjadi US$384 miliar (Rp6.326 triliun). Selisih keduanya "hanya" US$1 miliar (Rp16,4 triliun).
Kendati demikian, jika berdasarkan indeks miliarder Forbes yang real-time, secara total kekayaan Larry Ellison mencapai hampir US$390 miliar (Rp6.435 triliun), dibandingkan dengan kekayaan Elon Musk yang sekitar US$436 miliar (Rp7.183 triliun).
Meski terlihat bersaing dalam hal kekayaan, Larry Ellison dan Elon Musk sebenarnya berteman dekat. Bahkan, Ellison memberikan Musk bantuan ketika karier CEO Tesla ini tengah memasuki periode menantang, dilansir dari AFP.
Larry Ellison berinvestasi lebih dari US$1 miliar (Rp16,4 triliun) dalam akuisisi Twitter (kini X) oleh Elon Musk, sekaligus menjabat sebagai dewan direksi Tesla selama bertahun-tahun.
Sebelumnya, Tesla kembali membuat gebrakan dengan memberikan paket saham baru senilai US$29 miliar (Rp474 triliun) kepada pemimpinnya, Elon Musk.
Pemberian ini bertujuan untuk memastikan Musk tetap menjabat sebagai pimpinan perusahaan hingga setidaknya pada 2027, sekaligus menjadi kompensasi atas paket gaji sebelumnya senilai US$50 miliar yang dibatalkan oleh pengadilan tahun lalu.
Keputusan ini diambil setelah Pengadilan Delaware membatalkan paket kompensasi Musk pada 2018. Pengadilan menilai ada kelemahan dalam proses persetujuan dewan dan merasa tidak adil bagi para investor.
Guna mengatasi masalah ini dan menjaga fokus Musk pada Tesla di tengah banyaknya usaha lain yang ia jalankan, sebuah komite khusus dibentuk. Komite ini yakin bahwa paket saham baru ini akan menjadi insentif yang kuat.
Selain itu, paket saham ini juga secara bertahap akan meningkatkan hak suara Musk di dewan direksi. Sebagai pemegang saham terbesar dengan 13 persen saham, langkah ini akan semakin memperkuat posisinya di perusahaan.