Panen Melimpah! Petani Boyolali Raup Cuan dari Pertanian Padi Berkelanjutan SRP
- Ist
"Sejak bermitra dengan Rikolto, kami bisa mengembangkan budidaya beras SRP di Sawit dan Tanju Dono. Beras kami kini lebih berkualitas, aman dikonsumsi, dan ramah lingkungan," jelasnya.
Beras SRP produksi APOB kini telah dipasarkan ke berbagai kota besar seperti Semarang, Yogyakarta, dan Jakarta. Murbowo menambahkan bahwa pihaknya berfokus memperkuat pasar nasional agar hasil petani terserap maksimal. "Dengan berkurangnya penggunaan input kimia, residu berbahaya juga menurun. Konsumen dapat beras sehat, petani pun menjaga bumi," tambahnya.
Dukungan Pemerintah Daerah
Kesuksesan penerapan SRP di Boyolali juga mendapat dukungan dari Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali. Kepala Bidang Penyuluhan, Gunawan Andriyanta, mengatakan penerapan SRP baru mencakup sekitar 2.000 hektare dari total 21.500 hektare lahan pertanian. Namun, prospeknya sangat menjanjikan.
"Dengan SRP, biaya produksi khususnya pupuk bisa ditekan, tapi produktivitas justru meningkat. Kami juga melatih petani membuat pupuk dan pestisida organik, serta menggunakan burung hantu untuk pengendalian hama tikus," jelasnya.
Ia menambahkan, Pemkab Boyolali berkomitmen memperkuat regenerasi petani melalui pelibatan petani milenial serta revitalisasi penggilingan padi agar lebih ramah lingkungan. "Program SRP terbukti membawa kemajuan nyata. Kami mengajak seluruh petani di Boyolali untuk ikut menerapkannya," tandasnya.
Setelah Boyolali, tim Rikolto dan KRKP melanjutkan kunjungan ke Kabupaten Klaten. Bersama DKPP Klaten, mereka meninjau penerapan demplot di Desa Talang, Kecamatan Bayat. Budi Sulistiyo, penyuluh pertanian setempat, menegaskan bahwa SRP menjadi langkah awal menuju pertanian organik.
"Kami tidak langsung menuntut petani beralih total ke organik, tapi mulai dengan mengurangi pupuk dan pestisida kimia. Langkah kecil ini berdampak besar pada kualitas tanah dan hasil panen," ujarnya.
Rumtamaji, Ketua Koperasi Tangan Pangan Lestari, menambahkan bahwa SRP membantu petani memahami efisiensi penggunaan input pertanian."Dengan SRP, petani bisa mengurangi benih dari 10 kilogram menjadi hanya 5 kilogram per hektare. Pola tanam jajar legowo meningkatkan produktivitas hingga 15 persen," ungkapnya.
Menurut para petani, perubahan sederhana menerapkan program SRP dari Rikolto ini membawa hasil besar: panen meningkat, biaya operasional berkurang, dan tanah tetap subur. Bahkan, beras SRP dijual dengan harga kompetitif premium yang bisa meningkatkan kemajuan para petani.
