Rahasia Sukses Bisnis Buku Cetak di Era Digital

Ilustrasi digital.
Sumber :
  • Elastic Creative

Jakarta, VIVA – Di tengah derasnya digitalisasi, arus informasi hadir dalam bentuk video pendek, swipe cepat, dan algoritma personalisasi, namun bisnis buku cetak tetap bertahan.

AI dan Insurtech bikin Semua Serba Instan

Produk ini memang tidak bersinar terang di layar gadget, tapi nyalanya tak pernah benar-benar padam di hati para pembaca.

Yogia Sembiring Meliala sudah melihat peluang itu sejak awal. Pendiri CV Yrama Widya ini tak memilih jalan populer ketika membangun usahanya.

Akselerasi Ekosistem Digital, Bank Mandiri Perkuat Sinergi Layanan Wholesale melalui Kopra by Mandiri

Ia tidak berlomba membuat platform digital atau aplikasi belajar namun justru bertaruh pada sesuatu yang dianggap banyak orang usang, yakni buku cetak.

“Saya percaya buku cetak tidak akan kehilangan tempat,” ujarnya di Jakarta, beberapa waktu lalu.

PLABS Jadi Mitra WPP STREAM 2025 Kembangkan Layanan AI

Keyakinannya itu bukan lahir dari romantisme, melainkan dari pengalaman langsung melihat bagaimana buku cetak tetap menjadi kebutuhan utama di sekolah-sekolah di luar kota besar, tempat koneksi internet masih terbatas dan perangkat digital belum merata.

Ia memulai usahanya dari nol, tanpa modal uang. Hanya dengan kepercayaan dari penyedia kertas dan percetakan. Awalnya, ia hanya menyusun buku-buku soal pelengkap pelajaran.

Tapi ketika sekolah bertaraf internasional mulai berkembang, Yogia Sembiring Meliala menjadi pionir buku bilingual di Indonesia, salah satu langkah strategis yang membuat nama Yrama Widya dikenal luas.

Namun, pencapaian itu tidak serta-merta mengubah arah dasarnya. Ia tetap pada komitmen awal, menerbitkan buku yang relevan, mudah diakses, dan menjangkau lebih banyak siswa.

Di banyak tempat, terutama pelosok daerah, buku cetak masih menjadi andalan utama dalam proses kegiatan belajar-mengajar.

Yogia bukan penerbit besar dari awal. Ia lulusan ekonomi yang belajar dunia penerbitan dari bawah, dari meja administrasi hingga proses produksi dan distribusi. Semua ia pelajari sendiri alias otodidak.

Ketika memutuskan mendirikan usahanya sendiri, ia tak punya karyawan. Hanya dorongan dari istrinya dan prinsip hidup sederhana, tidak takut susah dan menolak mudah menyerah.

"Kini, Yrama Widya memiliki ratusan karyawan dan jaringan distribusi di seluruh Indonesia. Tapi, semangat dasarnya tetap sama, mendistribusikan pengetahuan secara adil dan berkelanjutan," paparnya.

Di tengah komitmen menjaga keberlanjutan usaha dan relevansi produk, CV ini pun aktif menjangkau masyarakat melalui kanal digital.

Informasi terbaru, program edukatif, hingga peluncuran buku rutin dibagikan lewat akun Instagram resmi mereka di @yramawidya.official, yang kini telah diikuti lebih dari 14 ribu orang.

Bagi Yogia Sembiring Meliala, keberlanjutan bukan hanya soal bisnis, tapi tentang nilai. Dan buku, meskipun bukan produk yang selalu ramai dibicarakan, tetap menjadi bagian penting dari masa depan pendidikan bangsa.

"Dia (buku) mungkin tidak berisik di ruang digital, tapi kehadirannya tetap dirasakan," tegas dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya