Mitos Kehamilan Berdampak pada Gizi Buruk Anak

Ilustrasi ibu hamil.
Sumber :
  • Pixabay/Pexels

VIVA – Stunting kerap dikaitkan dengan gizi, padahal faktor yang memengaruhinya sangat beragam. Selain gizi dan genetik, proses kehamilan pun berpengaruh pada proses tumbuh kembang si kecil.

Dukung Penurunan Stunting, Danone Indonesia Bangun Sarana Air Bersih di NTT

Pakar Nutrisi, Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes., mengatakan bahwa stunting merupakan kondisi yang sudah terjadi sejak lama dan tidak secara mendadak. Namun seringkali tak disadari oleh para orangtua sejak dini.

“Stunting adalah kondisi yang terjadi akibat kekurangan gizi kronis secara akumulatif. Bukanlah kasus akut, melainkan keadaan yang terjadi sedikit demi sedikit, secara akumulatif," ujar Rita dalam Talkshow Virtual bersama Taronto Foundation, Kamis 30 Juli 2020.

BPD HIPMI Jaya Dorong Pencegahan Stunting Lewat Edukasi Gizi di Jakarta Utara

Lebih lanjut, Rita menegaskan bahwa anak pendek belum tentu stunting, tapi salah satu indikator stunting adalah pendek. Stunting bukan melulu soal tinggi badan yang tidak tercapai. Lebih jauh lagi, kondisi ini akan menentukan kualitas-kualitas anak di kemudian hari.

Ia memaparkan, stunting berkembang selama 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Kondisi pada ibu hamil akan memengaruhi kondisi ibu saat melahirkan nanti, yang akan memengaruhi kondisi bayi usia 0-6 bulan, 7-11 bulan, lalu 12-24 bulan.

Tekan Risiko Stunting, Kini Ada Buku Panduan Nutrisi untuk Kehamilan

Rita menyayangkan, banyak perilaku selama 1000 HPK yang meningkatkan kerentanan terjadinya stunting. Misalnya, masih banyak ibu hamil yang tidak paham soal stunting, dan tidak meyakini bahwa stunting bisa terjadi akibat pola makan yang salah, sehingga ia tidak melakukan pencegahan sejak awal. Sebagian ibu merasa bahwa kehamilan adalah kondisi biasa saja, jadi tidak memperbaiki pola makannya. 

“Sebagian lain menganggap bahwa makan saat hamil diperuntukkan bagi dua orang. Akibatnya, hanya porsi nasi yang ditambah, agar kenyang. Belum lagi mitos untuk menghindari daging merah, makanan laut, dan kacang-kacangan, yang akhirnya membuat ibu hamil kekurangan protein,” paparnya.

Saat melahirkan, masih banyak ibu yang tidak melakukan IMD (inisiasi menyusui dini). Ada pula yang melakukan tapi caranya salah. Bayi hanya diletakkan di area puting susu ibu, dan dianggap selesai. 

“Padahal yang kita inginkan, bayi bergerak sendiri dari perut ibu untuk mencari puting susu ibu,” terang Rita.

Program wisuda balita

Program Wisuda Balita Dukung Pemerintah Atasi Stunting

Para balita yang dinyatakan lulus program menerima penghargaan sebagai simbol keberhasilan peningkatan gizi dan perkembangan anak selama masa pendampingan.

img_title
VIVA.co.id
25 Juli 2025