Bund! Anak Harus Diajarkan Literasi Keuangan Sejak Dini, Ini Manfaatnya
- Freepik/jcomp
Jakarta, VIVA – Literasi keuangan adalah keterampilan esensial yang perlu ditanamkan sejak dini. Hal itu diungkap Rudy F. Manik, Chief Human Resources & Marketing Officer FWD Insurance.
Mengajarkan literasi keuangan sejak dini pada anak, membuat mereka mampu menjadi decision maker agar bisa mengelola keuangan dengan bijak. Scroll untuk info lengkapnya!
JA SparktheDream, merupakan salah satu upaya untuk mengajarkan literasi keuangan pada pelajar. Selain mengajarkan konsep dasar pengelolaan keuangan, JA SparktheDream tahun ini menghadirkan materi baru tentang pajak.
“Para siswa diperkenalkan mengenai pajak dan peran pentingnya dalam membangun negara dan masyarakat. Tidak hanya itu, program ini juga akan menghadirkan aktivitas bootcamp yang dirancang untuk membekali peserta dalam mempersiapkan ide sosial mereka, yang nantinya akan dikompetisikan di akhir program,” ujar Rudy dalam keterangannya, dikutip Rabu 19 Februari 2025.
Rudy melanjutkan, program ini diyakini dapat memberdayakan generasi muda dengan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola keuangan secara bijak serta berkontribusi kepada masyarakat.
Program edukasi finansial yang berkelanjutan ini menargetkan 2.000 peserta edukasi dari siswa sekolah menengah pertama. Sejak pertama kali diluncurkan di tahun 2023, JA SparktheDream telah menjangkau lebih dari 3.700 siswa dengan dukungan ratusan sukarelawan.
Tahun ini, program akan diperluas ke lebih banyak daerah, mencakup Jakarta, Tangerang Selatan, Depok, Bandung, Cimahi, Surabaya, Sidoarjo, serta daerah baru seperti Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Semarang.
“Dengan semakin luasnya cakupan program ini, kami berharap dapat menjangkau lebih banyak siswa, membekali mereka dengan pemahaman keuangan yang lebih komprehensif, serta menanamkan budaya finansial yang sehat sejak sekolah. Kami juga melihat pelaksanaan program sejak awal, di mana kami melihat peningkatan antusiasme para siswa dalam mengikuti program ini, bahkan meraih prestasi di kompetisi tingkat Asia Pasifik,” bebernya.
Pelaksanaan tahun ketiga ini juga menjadi bagian dari upaya dalam mendukung peningkatan literasi keuangan di Indonesia, khususnya di kalangan pelajar. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 dari Otoritas Jasa Keuangan, indeks literasi dan inklusi keuangan pelajar adalah 56,42 persen dan 69 persen. Angka ini masih lebih rendah dari rata-rata indeks nasional, yaitu 65,43 persen untuk literasi dan 75,02 persen untuk inklusi.
Pribadi Setiyanto, Ketua Dewan Pengurus Prestasi Junior Indonesia, mengaku akan terus berupaya untuk menghadirkan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan relevan bagi siswa.
“Dengan adanya program ini, kami berharap para siswa tidak hanya memahami prinsip dasar keuangan, tetapi juga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari serta mampu mengembangkan solusi inovatif yang berdampak sosial,” pungkasnya.