Tukin Tak Jelas Kapan Cair, Dosen ASN Terpaksa Jadi Tukang Ojek hingga Jualan
- VIVA.co.id/Andrew Tito
Jakarta, VIVA – Ratusan dosen yang tergabung dalam Aliansi Dosen ASN Kemdiktisaintek Seluruh Indonesia (Adaksi) menggelar aksi unjuk rasa di depan Monumen Nasional (Monas), Jakarta. Tuntutan mereka agar pemerintah segera mencairkan tunjangan kinerja (tukin) yang sampai saat ini belum juga diterima.
Koordinator Nasional Adaksi, Anggun Gunawan, mengatakan keterlambatan pencairan tukin berdampak serius terhadap kehidupan banyak dosen terutama yang berada di daerah. Dengan kondisi itu, ada dosen yang terpaksa nyambi kerja sampingan seperti jadi ojek online atau ojol hingga, berjualan.
Lalu, ada juga dosen yang memilih mengajar di luar kampus demi mencukupi kebutuhan hidup.
“Banyak kawan-kawan di daerah yang kesulitan karena kampus swasta (PTS) juga terbatas di sana. Akhirnya mereka harus mencari penghasilan tambahan dengan berbagai cara. Ada yang berjualan, jadi tukang ojek, dan lain sebagainya. Ini miris sekali,” kata Anggun saat ditemui di lokasi aksi, Senin, 3 Februari 2025.
Ilustrasi dosen mengajar mahasiswa.
- Instagram/gang5al
Anggun heran dengan anggapan dosen bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari dana hibah penelitian. Ia bilang dana hibah penelitian tak bisa digunakan sebagai honorarium dosen, melainkan hanya untuk kebutuhan riset.
“Kalau ada yang bilang kami bisa dapat uang dari hibah penelitian, itu salah besar. Hibah itu khusus untuk penelitian dan tidak ada alokasi honor di dalamnya,” jelas Anggun.
Lebih lanjut, kondisi itu menyebabkan banyak dosen tak fokus menjalankan tugas akademiknya seperti mengajar dan membimbing mahasiswa. Sebab, banyak dosen mesti mencari pendapatan tambahan di luar kampus sehingga tugas-tugas akademik terbengkalai.
“Kawan-kawan dosen banyak yang harus mengajar di luar kampus home base mereka. Ini membuat perhatian mereka terbagi dan tentu saja berdampak pada kualitas pendidikan,” ujar Anggun.
Dampak terhadap Integritas Akademik
Dia menuturkan kondisi finansial yang sulit juga berpotensi mengancam integritas akademik. Beberapa dosen pun terpaksa melakukan cara yang tak sesuai dengan etika akademik seperti memanipulasi anggaran penelitian agar bisa mendapatkan tambahan penghasilan. Cara itu dilakukan agar para dosen bisa tetap bertahan hidup.
"Akibatnya, ada yang akhirnya mencoba mengakali anggaran, membuat proposal hibah dengan mark up biaya, dan berbagai cara lainnya. Ini sangat mengkhawatirkan,” jelasnya.
Para dosen itu menaruh harapan agar pemerintah segera mencairkan tukin yang tertunda. Mereka ingin kembali fokus menjalankan tugasnya di dunia akademik tanpa harus mencari pekerjaan lain di luar kampus.