DVI Polri Ungkap Kendala Identifikasi Korban Tewas Ambruknya Ponpes Al Khoziny, Apa Itu?

Bangunan Musala di Ponpes Al Khoziny ambruk pada Senin, (29/9)
Sumber :
  • BNPB

Jakarta, VIVA– Tim Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri masih terus berupaya mengidentifikasi para korban meninggal dunia akibat ambruknya Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo.

Ambruknya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo: Pakar Ungkap Celah Administrasi hingga Konstruksi, Siapa yang Bertanggung Jawab?

Hingga Jumat, 3 Oktober 2025, sembilan jenazah sudah dikirim ke Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya H.S. Samsoeri Mertojoso untuk menjalani proses post mortem. Perwakilan DVI Polri, Komisaris Polisi Navan, menjelaskan, sejak awal operasi tim telah mendata 57 keluarga korban. Proses identifikasi dilakukan sesuai standar DVI dengan dua metode, yaitu primer dan sekunder.

“Identifikasi yang sah secara hukum hanya bisa dilakukan dengan metode primer atau sekunder,” kata Navan dalam konferensi pers di Surabaya, Sabtu, 4 Oktober 2025.

Update Ponpes Ambruk Sidoarjo: Korban Selamat Bertambah Jadi 104 Orang, 14 Tewas

Metode primer meliputi pemeriksaan sidik jari, gigi, dan DNA. Namun, karena banyak korban masih anak-anak dan belum memiliki KTP, proses ini tidak mudah. Beberapa sidik jari juga sulit dibaca akibat jenazah mengalami pembusukan.

“Untuk sembilan jenazah, sampel DNA sudah diambil dan dikirim ke Pusdokkes Polri di Cipinang, Jakarta. Hasilnya diperkirakan keluar dalam dua sampai tiga minggu, tergantung tingkat kesulitan sampel,” tutur Navan.

BNPB: Korban Tewas Ponpes Ambruk di Sidoarjo Jadi 14 Orang, 49 dalam Pencarian

Sementara metode sekunder dilakukan dengan memadukan ciri medis dan informasi dari keluarga atau rekan korban. Properti pribadi seperti pakaian, songkok, atau sarung bisa menjadi petunjuk penting.

“Karena korban berada di pondok, keluarga biasanya tidak tahu persis. Jadi keterangan saksi yang selamat, seperti siapa terakhir terlihat mengenakan songkok atau sarung tertentu, sangat membantu,” ujar Navan.

Kepala BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) Letjen TNI Suharyanto menegaskan, identifikasi korban anak-anak memang membutuhkan waktu lebih lama dibanding dewasa.

“Tim DVI dan Inafis tidak ada kesulitan, hanya butuh waktu. Saya yakin mereka sudah bekerja semaksimal mungkin agar seluruh korban bisa segera teridentifikasi dengan jelas,” kata Suharyanto.

Tim SAR gabungan mencari korban musala ambruk di Ponpes Al Khoziny

Terpaksa Amputasi Kaki Demi Selamat: Kisah Pilu Santri Ponpes Al Khoziny yang Ambruk

Kesaksian haru santri korban Ponpes Al Khoziny Sidoarjo: bertahan tiga hari di balik reruntuhan dengan roti, zikir, hingga amputasi kaki demi selamat.

img_title
VIVA.co.id
4 Oktober 2025