AI Disebut Bisa Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Ini Penjelasannya
- SAP
Jakarta, VIVA – Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 8 persen dalam beberapa tahun ke depan. Demi mencapai angka tersebut, berbagai sektor industri diharapkan turut berkontribusi, termasuk kecerdasan buatan (AI).
Sebagaimana diketahui, AI sendiri telah menjadi pendorong transformasi digital di berbagai negara, termasuk Indonesia. Melalui percepatan adopsi teknologi ini, banyak pihak optimis bahwa AI dapat meningkatkan efisiensi bisnis, menciptakan lapangan kerja baru, dan mendorong produktivitas yang lebih tinggi.
Salah satu inisiatif yang mendukung hal ini adalah Gerakan AI Merdeka yang digagas oleh Lintasarta, anak usaha Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH).
President Director dan CEO Lintasarta, Bayu Hanantasena, mengatakan, percepatan adopsi AI berpotensi membantu Indonesia mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen.
"Melalui Gerakan AI Merdeka ini, kami ingin berkontribusi pada visi Indonesia Emas 2045," kata Bayu seperti dikutip dari siaran pers Indonesia Data and Economic Conference (IDE) 2025, Kamis, 20 Februari 2025.
Gerakan AI Merdeka ini mencakup beberapa inisiatif strategis, seperti Laskar AI, yang bertujuan meningkatkan keterampilan talenta lokal AI di Indonesia, serta Semesta AI, yang berfokus pada pembangunan ekosistem AI dalam negeri. Selain itu, inisiatif AI Use Case juga membantu mengembangkan penerapan AI yang disebut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Menurut survei Katadata Insight Center (KIC), 83,6 persen masyarakat Indonesia sudah familiar dengan AI, dan lebih dari 80 persen bisnis mulai berinvestasi atau menggunakan teknologi ini dalam operasional mereka. Namun, laporan yang sama mencatat bahwa baru 13 persen bisnis yang memanfaatkan AI secara advanced, menandakan bahwa tingkat adopsi AI di Indonesia masih berada di tahap awal.
Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
- Dok. Istimewa
Bayu juga menyoroti bahwa Indonesia harus mengejar ketertinggalan dalam revolusi industri sebelumnya dengan membangun kedaulatan AI.
"Indonesia sudah ketinggalan revolusi industri yang pertama, kedua, dan ketiga. Sekarang kita harus bisa mengejar untuk adopsi AI, dan membangun kedaulatan AI," ujarnya.
Indosat sendiri telah meresmikan Indosat AI Experience Center di Solo Technopark (STP) pada Agustus 2024, bekerja sama dengan NVIDIA dan Huawei. Lintasarta juga meluncurkan GPU Merdeka, platform AI cloud yang didukung oleh NVIDIA dan Accenture. Selain itu, kolaborasi dengan GoTo pada November 2024, menghasilkan Sahabat-AI, ekosistem large language model (LLM) open-source berbahasa Indonesia.
Bayu menambahkan, bahwa membangun ekosistem AI yang berdaulat tidak hanya membutuhkan infrastruktur seperti cloud dan unit pemroses grafis (GPU), tetapi juga talenta unggul, ekosistem inovasi, serta kolaborasi penelitian.
"Kita memiliki cita-cita Indonesia bisa segera beralih, dari hanya menggunakan AI, menjadi pencipta yang mengeluarkan inovasi berbasis AI," tukasnya.