Zulhas: Jangan Andalkan Bansos, Petani Harus Kerja Keras!

Zulhas bersama Erick Thohir
Sumber :
  • Dokumentasi PAN

Jakarta, VIVA – Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan alias Zulhas menyampaikan warga Indonesia tidak akan maju kalau hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah. Ia meminta masyarakat, khususnya para petani untuk bekerja keras dan tidak pasrah.

Penerima Bansos Bakal Dipertebal untuk 30 Juta KPM pada Kuartal IV-2025

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) mengatakan, bantuan sosial (bansos) yang diberikan pemerintah cukup diberikan sesekali saja. Pasalnya, jika diberikan terus menerus membuat masyarakat terbiasa 'meminta'. 

"Kita tidak akan mungkin jadi negara yang maju kalau rakyat kita itu tidak bekerja keras. Apalagi kita hanya mengandalkan 'ya sudahlah kalau susah saya kasih beras bansos 10 kg nanti susah lagi dikasih lagi bantuan Rp500 ribu. Itu sih sementara oke tapi kalau itu menjadi kebiasaan akhirnya realita terbiasa tangan di bawah dia biasa nerima nanti dia ikut judi online. Kita nggak mungkin maju," ujar Zulhas dalam CNBC Economic Outlook 2025 di Jakarta Selatan pada Rabu, 26 Februari 2025.

Zulhas Sebut Udang yang Terkontaminasi Radioaktif Aman Dikonsumsi, Tere Liye: Coba Makan Pak!

Menurutnya kerja keras adalah kunci sebuah kesuksesan termasuk dalam sektor pertanian. Hal ini perlu diimbangi dengan kehadiran pemerintah berupa apresiasi terhadap hasil pertanian para petani.

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan alias Zulhas.

Photo :
  • VIVA/Yeni Lestari

Zulhas Ungkap Kasus Udang Terkontaminasi Radioaktif dari Pabrik Baja Cikande

"Kita bisa maju dengan warganya bekerja keras tapi sebaliknya pemerintah harus hadir. Kalau dia kerja keras lalu hasilnya kita beli dengan harga yang baik maka dia akan kreatif," lanjut Zulhas.

Konsep tersebut diterapkan di Thailand dan Vietnam di mana pertanian durian bisa memberikan andil mencapai US$ 4 miliar karena pemerintah mematok harga yang menguntungkan petani. Alhasil, petani sejahtera karena punya cukup uang sehingga mendorong produktivitas bahkan mereka aktif mengembangkan jenis tanaman baru.

"Kita kan tidak, kelapa misalnya. Pohon kelapa kita Tuhan yang kasih hidup, Tuhan yang jatohkan (buah kelapanya), peran kita ada di mana?" ujar Zulhas.

Lebih lanjut, Zulhas juga menyinggung ketertinggalan petani Indonesia dalam penggunaan teknologi. Sehingga ia pun mengarahkan petani dalam negeri mulai mengadopsi teknologi pertanian yang dianggap bisa mendorong tercapainya target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.

"Orang sudah pakai teknologi, udah menerapkan mekanisme tertentu. Kita tentu harus mengarah ke sana. Kalau kita arah ke sana dengan jumlah petani yang begitu banyak dan produktif maka pertanian bisa memberikan andil dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen," kata Zulhas.

Ketertinggalan ini tidak lepas dari kurangnya perhatian pemerintah terhadap pertanian selama 26 tahun. Padahal saat pemerintahan Soeharto, sektor pertanian menyumbang hingga 66 persen terhadap penyerapan tenaga kerja tetapi sekarang hanya 20-25 persen. 

"Anak muda dan milenial ditanya mau jadi petani, nggak ada mau karena rezekinya gelap," imbuh Zulhas. 

Di samping secara bertahap mengadopsi teknologi di bidang pertanian, Zulhas menyoroti pentingnya memberikan kesadaran bahwa pertanian adalah industri yang menguntungkan. Di mulai dengan membiaskan masyarakat menanam tanaman di pekarangan rumah yang sampai saat ini masih sangat rendah. 

Sidang kasus impor gula di Pengadilan Tipikor Jakarta

Saksi Sebut Indonesia Sudah Ketergantungan Impor Gula Mentah Puluhan Tahun

Pernyataan ini mengonfirmasi bahwa praktik impor merupakan kebijakan berkelanjutan yang telah menjadi bagian dari sistem ketahanan pangan nasional.

img_title
VIVA.co.id
5 Oktober 2025