Luhut Sebut Transformasi Digital Kunci Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Asalkan…

Luhut Pandjaitan pada acara peluncuran Sahabat-AI
Sumber :
  • VIVA/Ayesha Puri

Jakarta, VIVA – Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, menuturkan bahwa penerapan teknologi dalam sektor pemerintahan (government technology) menjadi salah satu kunci penting untuk mendorong tercapainya target pertumbuhan ekonomi nasional.

Dalam paparannya saat peluncuran Sahabat-AI pada Senin, 2 Juni 2025, Luhut menjelaskan bahwa teknologi dan inovasi secara historis telah menjadi pendorong utama perubahan struktural dan pertumbuhan ekonomi. Adopsi teknologi diperkirakan akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi rata-rata 0,55 persen per tahun sehingga nilai ekonomi domestik bisa mencapai US$2,8 triliun pada tahun 2040.

"Karena menurut kita untuk mengurangi korupsi dan juga inefisiensi dan juga transparansi harus semua kita masuk dalam government technologi dan mendigitalisasikan semua," imbuh Luhut dalam sambutannya.

Ia mengungkapkan pengalamannya saat menjadi penanggung jawab penganggulangan Covid-19, di mana kehadiran aplikasi PeduliLindungi terbukti sangat efisien sekaligus mempercepat adopsi digital di kalangan masyarakat.

Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan

Photo :
  • VIVA/Ayesha Puri

Luhut juga menyampaikan bahwa Bank Dunia pernah menemuinya untuk menawarkan bantuan dalam pengembangan implementasi teknologi di sektor pemerintahan. Namun ia menegaskan, Indonesia sudah cukup maju dalam hal ini.

"Jadi ini pengembangan artificial intelligence lokal menuju kedaulatan digital mencapai visi Indonesia Emas 2045," ujarnya.

Lebih lanjut, Luhut mengungkapkan keyakinannya bahwa dengan program-program pemerintah yang berjalan saat ini, ekonomi Indonesia seharusnya bisa tumbuh sebesar 8 persen pada tahun 2028–2029.

Ia menambahkan bahwa banyak faktor yang menopang tercapainya target tersebut, salah satunya adalah transformasi digital. 

Pengalaman dua periode menjabat di era pemerintahan Joko Widodo menurutnya memberikan perspektif luas dalam mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan bangsa yang bisa dimonetisasi untuk pertumbuhan.

Ilustrasi Internet of Things (IoT).

Photo :
  • freepik.com/rawpixel.com

"Bukan angka yang terlalu sulit," kata Luhut.

"Dengan catatan kalau harus kompak. Jadi kuncinya kita kompak, jangan buru-buru terus mencerca kiri-kanan. Ya memang tidak perlu, tidak boleh juga ekstrim, kita untuk melakukan koreksi-koreksi atau kritik-kritik, tapi kritik itu menurut saya sangat perlu," lanjutnya.

Ia juga menekankan pentingnya audit oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) terhadap setiap langkah lembaga pemerintah sebagai kunci keberhasilan. Menurutnya, audit merupakan dua sisi mata uang (two sides of the coin) yang memungkinkan evaluasi terhadap potensi kesalahan. 

“Sehingga kita tahu mulai dari mana. Karena kalau kita tidak tahu di mana kesalahan kita, kita nanti shadowboxing. Dan itu yang menjadi kunci menurut saya selama saya jadi Menko," tutur Luhut.

Kantongi Sertifikasi TKDN, Ricoh Ungkap Digitalisasi Bikin Permintaan dari Pasar Scanner Naik

Sebagai contoh konkret, Luhut menyebut platform e-katalog yang diterapkan dalam sistem pengadaan pemerintah (government procurement). Menurutnya, platform ini mampu menghemat anggaran hingga sekitar 40 persen atau setara US$100 miliar setara Rp 1.500 triliun.

Terakhir, Luhut menegaskan bahwa konsistensi juga penting dalam menyelesaikan permasalahan. "Memang ada yang bilang teknologi bisa (menyelesaikan masalah) tapi masih banyak masalah ke depan. Jadi tidak bisa kita katakan juga bahwa semua masalah terselesaikan dengan sendirinya," pungkasnya.

Gelar Sarjana Saja Tak Cukup! Ini 20 Skill yang Paling Dicari Perusahaan pada 2025
International Monetary Fund (IMF).

IMF Revisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Berkembang di 2025 Jadi 4,1%

IMF merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang tahun 2025 untuk edisi bulan Juli, dari 4% menjadi 4,1%.

img_title
VIVA.co.id
30 Juli 2025